Perwira Intelijen Israel Sebut Serangan Rudal Amerika Gagal

Perwira Intelijen Israel Sebut Serangan Rudal Amerika Gagal

Serangan Amerika, Inggris, dan Prancis di situs-situs senjata kimia yang diduga milik Suriah melibatkan 105 rudal yang ditembakkan dari udara dan laut untuk menjatuhkan ribuan peledak di tiga lokasi di seluruh negeri, tetapi para perwira intelijen Israel menyebut serangan itu sebagai sebuah kegagalan.

“Jika Presiden Trump telah memerintahkan serangan hanya untuk menunjukkan bahwa Amerika menanggapi penggunaan senjata kimia oleh Assad, maka tujuan itu telah tercapai,” kata seorang pejabat pertahanan senior kepada Ynet News Israel Selasa 17 April 2018.

“Tetapi jika ada tujuan lain – seperti melumpuhkan kemampuan untuk meluncurkan senjata kimia atau menghalangi Assad untuk menggunakannya lagi. diragukan apakah salah satu dari tujuan ini telah dipenuhi,” kata perwira yang meminta tidak disebutkan namanya tersebut.

“Pernyataan ‘Misi Tercapai’ dan [pernyataan] bahwa kemampuan Assad menggunakan senjata kimia telah terpukul secara fatal tidak memiliki dasar,” kata sumber itu.

Pernyataan ini muncul setelah pada Selasa 17 April 2018 kembali terjadi serangan rudal ke pangkalan udara Shayrat di Homs Suriah. Israel dicurigai ada di belakang serangan tersebut.

Tetapi pernyataan perwira Israel tersebut bisa jadi hanya sebagia upaya agar Amerika dan sekutunya terus menyerang Suriah.

Perwira intelijen Israel itu mengatakan Amerika terlalu banyak bicara sebelum menyerang hingga memungkinkan Suriah melakukan pengamanan sebelum rudal itu datang. “Jika Anda ingin menembak, jangan bicara,” kata seorang sumber diplomatik Israel kepada Ynet.

Setelah tweeted Trump bahwa Rusia dan Suriah harus “bersiap-siap” untuk menghadapi serangan rudal mereka, tampaknya mereka memindahkan aset ke lokasi yang lebih dilindungi, berpotensi membatasi target yang tersedia untuk pemogokan.

Amerika mengatakan serangan telah memukul jantung infrastruktur senjata kimia Assad, tetapi mengakui beberapa kemampuan sisa masih tetap ada. Serangan tersebut tentu saja tidak menimbulkan kerusakan pada angkatan udara Assad, yang diduga menyebarkan senjata kimia.

Meski Israel memperkirakan bahwa serangan itu tidak menghancurkan sebagian besar senjata kimia Assad, sulit untuk mengetahui seberapa banyak senjata kimia yang masih dimiliki Suriah.

Namun laporan serangan kimia telah muncul secara teratur sejak pemantau internasional melaporkan Suriah telah menghapus senjata pemusnah massal mereka sebagai akibat dari kesepakatan antara  Presiden Barack Obama dan Rusia pada 2013.

Serangan rudal Amerika dan sekutu terhadap Suriah, justru disebut memperkuat posisi rezim Assad untuk membersihkan lebih banyak kubu pemberontak.

Inggris telah mengakui bahwa serangan itu tidak bermaksud untuk mengubah gelombang perang secara keseluruhan, dan pada dasarnya dimaksudkan untuk menghukum dan memaksa Assad agar tidak menggunakan senjata kimia.