Uni Emirat Arab (UEA) mengakhiri program pelatihan militer di Somalia sebagai tanggapan atas penyitaan uang senilai US$9,6 juta atau sekitar Rp132 miliar dari pesawat mereka oleh pasukan keamanan Somalia pekan lalu.
UAE telah melatih ratusan pasukan sejak 2014 sebagai bagian untuk memperkuat negara tersebut mengalahkan kelompok militan dan mengamankan negara yang didukung oleh negara-negara Barat, Turki dan PBB.
Hubungan Somalia dengan UEA tegang terkait perselisihan antara Qatar dan Saudi karena Mogadishu menolak untuk berpihak kepada mereka.
Negara-negara Arab memiliki hubungan perdagangan dan pengaruh yang kuat di Somalia, tetapi diimbangi oleh kekuasaan Qatar dan sekutunya Turki yang menjadi salah satu investor asing terbesar Somalia.
Pernyataan pemerintah pada hari Minggu menyusul pengumuman Somalia pada 11 April, di mana Mogadishu mengatakan akan mengambil alih pembayaran dan pelatihan para prajurit dalam program tersebut.
“UAE memutuskan untuk membubarkan program pelatihan militernya di Somalia yang dimulai pada tahun 2014 untuk membangun kemampuan tentara Somalia,” kata pernyataan kantor berita negara UEA, WAM.
Sebelumnya pada 8 April 2018, uang tunai sekitar US$ 9,6 juta disita dari pesawat UEA. Uni Emirat Arab mengatakan uang itu untuk membayar gaji bagi tentara Somalia sebagai bagian dari kesepakatan antara kedua negara.
Pernyataan itu mengatakan insiden penyitaan melanggar perjanjian yang ditandatangani oleh kedua negara.
WAM mengatakan UAE telah membayar gaji 2.407 tentara di samping membangun pusat pelatihan dan rumah sakit. UAE juga membangun pangkalan militer di Somaliland, wilayah semi-otonomi di Somalia.