Serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris terhadap Suriah justru akan memberikan terorisme berkembang di kawasan itu.
“Serangan udara menandai perkembangan yang sangat berbahaya”, kata kementerian Luar Negeri Irak dalam pernyataan Sabtu 14 April 2018.
“Tindakan seperti itu dapat menimbulkan konsekuensi berbahaya, mengancam keamanan dan stabilitas kawasan itu dan memberikan kesempatan lain bagi terorisme untuk berkembang setelah digulingkan dari Irak dan dipaksa ke Suriah untuk mundur ke sebagian besar,” katanya.
Kementerian Luar Negeri Irak meminta para pemimpin Arab untuk membahas situasi pada pertemuan puncak yang akan diadakan di Arab Saudi pada hari Minggu.
Posisi Irak sejalan dengan Rusia dan Iran, pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang sipil yang telah berkecamuk di negaranya sejak 2011.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menyerang Suriah setelah menuduh Damaskus melakukan serangan dengan menggunakan agen kimia pada 7 April. Mereka mengatakan serangan udara pada Sabtu telah ditujukan untuk menghalangi penggunaan senjata kimia lebih lanjut.
Irak yang dipimpin kelompok Syiah menjaga hubungan baik dengan pemerintah Assad dan Iran, meski juga menerima dukungan militer dan keuangan besar-besaran dari Amerika Serikat, Inggris dan Prancis. Sebuah koalisi militer yang dipimpin Amerika memberikan dukungan darat dan darat kepada pasukan pemerintah Irak tahun lalu untuk merebut kembali Mosul dan kota-kota lain yang direbut ISIS pada tahun 2014.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi bulan lalu mengatakan dia ingin menjauhkan diri dari konflik antara Amerika Serikat dan Iran.
Sementara sekutu Amerika lain di Timur Tengah, Yordania mengatakan hanya solusi politik akan menjamin stabilitas Suriah dan integritas wilayah negara yang dilanda perang itu.
“Kekerasan yang berlanjut hanya akan mengarah pada lebih banyak kekerasan, konflik, pertempuran dan pengungsian yang korbannya adalah rakyat Suriah,” kata juru bicara pemerintah Mohammad al-Momani dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara Petra.
Pernyataan itu tidak mengacu pada serangan udara fajar di Suriah yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Prancis dan Inggris.