Ketegangan di Suriah mencapai babak baru setelah Amerika mengancam akan menyerang Suriah karena tuduhan menggunakan senjata kimia. Ada Rusia di negara ini dan mengancam akan memberikan balasan jika sampai serangan menyasar aset mereka.
Rusia menempatkan kekuatan militernya di dua titik utama yakni Pangkalan udara Hmeymim dan Pangkalan Angkatan Laut Tartus. Mereka dilindungi oleh dua sistem pertahanan udara paling mumpuni yakni S-400 yang oleh NATO disebut sebagai SA-21 Growler dan S-300V4 (SA-23 Gladiator).
Keduanya akan menjadi benteng sulit untuk ditembus, bahkan bisa menghadirkan malapetaka bagi pesawat atau rudal apapun yang mencoba mengganggu mereka.
Sistem pertahanan udara S-300, S-400 yang ditempatkan di Pangkalan Udra Hmeymim dan Pangkalan Angkatan Laut Tartus memiliki rentang tempur yang mungkin akan mengejutkan bagi target udara tak dikenal.

Tetapi Amerika juga punya aset yang tidak bisa dianggap remeh. Negara ini diperkuat tiga siluman berbahaya yakni F-22 Raptor, F-35 dan bomber B-2. Amerika memang belum menempatkan F-35 ke medan perang, tetapi ada Lightening II punya Israel yang tentu saja akan bisa digunakan sebagai aset untuk menembus benteng pertahanan Rusia, dalam kasus kedua negara ini harus head to head.
Sedangkan F-22 sudah lama dilibatkan dalam misi di Suriah. B-2 sudah biasa melakukan serangan jarak jauh dengan berangkat dari Amerika untuk menyerang target di Timur Tengah kemudian kembali ke rumah tanpa mendarat.
Rusia memang menggunakan radar pencari dan akuisi dengan low-frequency atau frekuensi rendah memang dapat mendeteksi pesawat tempur taktis seukuran F-22 atau F-35. Akan tetapi radar fire control yang beroperasi di band C, X dan Ku tidak dapat menjerat pesawat low observable (LO) kecuali pada jarak yang sangat dekat.
Siluman bukan berarti mereka tidak terlihat oleh mata tetapi dia memiliki kemampuan untuk menunda deteksi radar sehingga akan menjadikan musuh tidak memiliki banyak waktu untuk merespons.
Pesawat siluman akan mampu menyerang dan segera pergi ketikaa sistem pertahanan musuh belum sempat membuat langkah perlawanan.
Radar yang beroperasi pada frekuensi lebih rendah seperti S atau L band memang dapat mendeteksi dan melacak pesawat siluman. Tetapi frekuensi rendah tidak bisa digunakan untuk menentukan track yang bisa digunakan untuk membimbing rudal.
Memang ada upaya untuk mengembangkan kemampuan tersebut, tetapi sejauh ini belum ada yang mampu menggunakan radar frekuensi rendah untuk mengunci tarket dan membimbing rudal. Dengan kata lain sistem pertahanan bisa mendeteksi tetapi tidak tahu persis titik pesawat ada di mana.
Radar dengan frekuensi lebih rendah dibanding pesawat siluman secara teknis mungkin, tetapi secara taktis sangat sulit.
Kesimpulannya, Amerika memang masih memiliki peluang untuk bisa menembus S-400 atau S-300 Rusia yang ada di Suriah. Kemampuan siluman tetaplah menjadi salah satu hal yang cukup sulit untuk ditangani saat ini.
Tetapi satu hal yang harus diingat dalam sebuah pertempuran tidaklah mungkin akan terjadi pertempuran head to head antara satu senjata dengan senjata lain.
Tidak mungkin akan ada pertarungan satu lawan satu antara S-400 dan F-22, tetapi pertempuran akan melibatkan banyak sistem yang akan menjalankan kerjanya masing-masing. S-400 dan S-300 akan didukung kekuatan lain termasuk jet tempur di udara, sementara F-22 juga tidak akan sendirian, pasti akan didampingi oleh platform lain.