Kecelakaan penerbangan Angkatan Laut Amerika telah melonjak hingga 82% dalam lima tahun terakhir. Ini merupakan peningkatan terburuk dalam sejarah militer Amerika.
Peningkatan tertinggi dialami F / A-18 E / F Super Hornet telah melonjak 108 persen. Menurut data yang diperoleh oleh Times Militer dari tahun fiskal 2013 hingga 2017, jumlah kecelakaan Super Hornet meningkat dari 45 menjadi 94 per tahun.
Angka-angka itu sebagian besar didorong oleh kecelakaan Kelas C, yang mengakibatkan biaya perbaikan pesawat antara US$ 50.000 dan US$ 500.000 atau ada hari kerja yang hilang karena cedera. (lihat grafis)
“Sebanyak kami menyelami data. Jadi [Kelas] A dan B kecelakaan tetap relatif stabil, tetapi Kelas C telah meningkat,” kata Kapten Dave Koss, dari Kantor Kesiapan Pasukan Naval Aviation sebagaimana dilaporkan Military Times Minggu 8 April 2018.
Data kecelakaan diperoleh melalui beberapa permintaan Freedom of Information ke Naval Safety Center.
Lonjakan kecelakaan kelas C antara lain karena beberapa Super Hornet disambar petir selama operasi kapal induk. Ada kebakaran mesin, tabrakan di dek penerbangan selama manuver taksi, panel-panel diterbangkan oleh cuaca, cedera pemelihara dan kerusakan yang disebabkan pemeliharaan darat.
Angkatan Laut juga mengatakan bahwa karena pesawatnya menjadi lebih mahal, itu berarti bahwa insiden yang relatif lebih kecil telah memenuhi ambang batas Kelas C. Dan dibandingkan dengan Angkatan Darat dan Angkatan Udara, jumlah pesawat Angkatan Laut yang lebih kecil berarti bahwa tidak perlu banyak insiden tambahan untuk menghasilkan persentase peningkatan yang lebih besar dalam kecelakaan.
Lonjakan kecelakaan Angkatan Laut dimulai setelah 2013 akibat pemotongan anggaran yang sangat tajam.
Untuk memenuhi batas anggaran, Angkatan Laut mengurangi perawatan dan pembelian suku cadang, yang berarti lebih sedikit pesawat yang tersedia.
Selain itu meningkatnya operasi. Pada tahun 2014, Amerika memulai kampanye melawan ISIS di Irak dan Suriah. Di sisi lain, ketegangan Laut China Selatan dan Eropa juga memaksa penerbangan Angkatan Laut juga semakin sibuk.
Jet tempur Angkatan Laut pada tahun 2015 dan 2016 juga sangat kerja keras saat sayap tempur kapal Induk USS Roosevelt dan USS Truman membuat catatan untuk jumlah amunisi yang jatuh dan serangan mendadak yang diterbangkan melawan ISIS.
Menurut data Angkatan Laut, pada 2017, Super Hornets telah mencatat 18.000 jam penerbangan lebih banyak daripada yang mereka lakukan pada tahun 2013.