
Untuk mempertahankan kampanye militernya melawan para pemberontak, Assad dan sekutunya di Rusia, Iran dan milisi Hizbullah membutuhkan akses ke pesawat sipil untuk menerbangkan pasukan dan pasokan senjata.
Washington telah mencoba untuk memutus akses pemerintah Suriah ke pesawat melalui pembatasan ekspor ke Suriah dan Iran dan melalui sanksi dengan memasukkan sejumlah maskapai penerbangan di dalam daftar hitam. Daftar ini dikeluarkan Departemen Keuangan Amerika yang juga telah memasukkan beberapa perusahaan di luar Suriah dengan tuduhan mereka bertindak sebagai perantara.
“Tindakan-tindakan ini menunjukkan tekad kami untuk menargetkan siapa saja yang mengaktifkan Assad dan rezimnya,” kata John E. Smith, Direktur Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan Amerika, dalam kesaksian kepada kongres November 2017 lalu.
Tetapi menurut data pelacakan penerbangan dalam beberapa tahun terakhir, lusinan pesawat telah terdaftar di Ukraina untuk dua perusahaan yakni Khors dan Dart, yang didirikan oleh mantan mayor marinir Soviet dan kawan militernya. Pesawat-pesawat itu kemudian dijual atau disewa dan akhirnya dioperasikan oleh maskapai penerbangan Iran dan Suriah
Salah satu perusahaan, Khors, dan mantan Mayor Marinir, Sergei Tomchani, telah masuk daftar hitam Departemen Perdagangan Amerika sejak 2011 karena diduga mengekspor pesawat ke Iran dan Suriah tanpa memperoleh lisensi dari Washington.
Namun menurut informasi yang dikumpulkan Reuters dari daftar pesawat nasional, dalam tujuh tahun terakhir, Khors dan Dart telah berhasil memperoleh atau menyewa 84 pesawat Airbus dan Boeing melalui sejumlah entitas yang tidak diberi sanksi.
Dari 84 pesawat ini, setidaknya 40 telah digunakan di Iran, Suriah dan Irak, menurut data dari tiga situs pelacakan penerbangan, yang menunjukkan rute pesawat terbang dan memberikan informasi perusahaan yang mengoperasikannya.
Pada bulan September, Departemen Keuangan Amerika menambahkan Khors dan Dart ke daftar hitam sanksi dan mengatakan mereka membantu perusahaan penerbangan yang terkena sanksi mendapatkan pesawat buatan Amerika. Khors dan Dart, serta Tomchani, telah membantah melakukan kesalahan terkait dengan memasok pesawat ke entitas yang terkena sanksi.
Sejarah kepemilikan dari beberapa pesawat yang dilacak oleh Reuters menunjukkan bagaimana pembatasan Amerika pada pasokan ke maskapai penerbangan Iran dan Suriah mungkin dikesampingkan. Ketika kepemilikan berpindah dari satu negara ke negara lain, jejak dokumen yang kompleks menutupi identitas mereka yang terlibat dalam pengadaan pesawat di Suriah.
Salah satu jet Airbus A320 Cham Wings yang telah membuat perjalanan Rostov-Suriah, sebelumnya terdaftar sebagai pesawat Irlandia, yang dulu dimiliki oleh ILFC Ireland Limited, anak perusahaan AerCap yang berbasis di Dublin, salah satu perusahaan penyewaan pesawat terbesar di dunia.
Seorang juru bicara Otoritas Penerbangan Irlandia mengatakan pada Januari 2015, pesawat itu dihapus dari daftar Irlandia. Selama dua bulan berikutnya, pesawat, yang membawa nomor identifikasi EI-DXY, lenyap dari daftar nasional sebelum muncul di daftar pesawat di Ukraina.
Pendaftaran di Ukraina menyebutkan pemilik barunya adalah Gresham Marketing Ltd, yang terdaftar di British Virgin Islands. Pemilik perusahaan adalah dua orang Ukraina, Viktor Romanika dan Nikolai Saverchenko yang menurut dokumen perusahaan yang bocor dari firma hukum Panama, Mossack Fonseca. Catatan bisnis Ukraina menunjukkan bahwa mereka adalah manajer dalam bisnis lokal kecil. Dihubungi melalui telepon, Romanika mengatakan dia tidak tahu apa-apa dan menutup telepon. Saverchenko tidak dapat dihubungi melalui telepon dan tidak menanggapi surat yang dikirimkan ke alamat yang terdaftar sebagai miliknya.
Pada Maret 2015, Gresham menyewakan EI-DXY ke Dart, menurut daftar pesawat Ukraina. Nomor identifikasi diubah menjadi nomor Ukraina, UR-CNU. Pada 20 Agustus 2015, berdasarkan pendaftaran pesawa, Khors menjadi operator pesawat tersebut.
Seorang wakil dari Layanan Penerbangan Negara Ukraina mengatakan daftar itu tidak dimaksudkan sebagai konfirmasi resmi kepemilikan tetapi tidak ada keluhan tentang keakuratan informasinya.
Mulai April tahun itu, pesawat itu diterbangkan oleh Cham Wings, menurut data dari situs web pelacakan penerbangan.
Gillian Culhane, juru bicara AerCap, perusahaan yang anak perusahaannya memiliki pesawat pada tahun 2015, tidak menanggapi pertanyaan tertulis atau menjawab panggilan telepon berulang. Dart dan Khors juga tidak menanggapi pertanyaan tentang pesawat tertentu.
Empat pengacara yang mengkhususkan diri dalam aturan ekspor Amerika mengatakan bahwa transaksi yang melibatkan pesawat yang berakhir di Iran atau Suriah membawa risiko signifikan bagi perusahaan-perusahaan Barat yang memasok pesawat atau peralatan.
Bahkan meski mereka tidak memiliki hubungan langsung dengan entitas yang terkena sanksi, perusahaan yang memasok pesawat dapat menghadapi hukuman atau pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika.
Namun untuk produsen pesawat seperti Boeing dan Airbus, menurut para pengacara tersebut sangat kecil kemungkinan akan mendapatkan sanksi karena perdagangan melibatkan pesawat bekas yang umumnya berusia lebih dari 20 tahun, dan pesawat telah melalui rantai panjang pemilik sebelumnya. berakhir dengan operator yang masuk daftar sanksi. Dua dari pengacara, termasuk Edward J. Krauland.
Boeing mengatakan dalam sebuah pernyataan “Transaksi pesawat terbang yang anda tanyakan itu tidak melibatkan perusahaan Boeing. Boeing mempertahankan program kontrol perdagangan dan kepatuhan sanksi yang kuat secara keseluruhan.”
Seorang juru bicara Airbus mengatakan, “Airbus sepenuhnya menghormati semua persyaratan hukum yang berlaku berkaitan dengan transaksi dengan negara-negara di bawah sanksi PBB, UE, Inggris, dan Amerika.”