Angkatan Udara India pada Jumat 6 April 2018 secara resmi memulai proses untuk mendapatkan 110 jet tempur senilai sekitar US$ 15 miliar atau lebih dari Rp206 triliun. Jika tercapai, ini akan menjadi salah satu pesanan terbesarnya dalam beberapa tahun terakhir, dalam upaya untuk menopang kekuatan skadronnya yang telah turun dengan drastis.
Menurut pernyataan di situs web kementerian pertahanan, setidaknya 85% jet harus dibuat di India sebagai bagian dari program ‘Make in India’.
Sebagai tahap awal Angkatan Udara India akan mengeluarkan request for information (RFI) tentang pesawat tempur. Setelah itu akan dilanjutkan dengan request for proposal (RFP) di mana para produsen memberikan penawaran kepada India.
Lockheed Martin, Boeing, Saab dari Swedia, dan Dassault Aviation dari Prancis, termasuk di antara mereka yang mungkin bersaing untuk merebut kesepakatan besar tersebut.
Bloomberg, mengutip seorang analis melaporkan kesepakatan tersebut bisa mencapai US$15 miliar.
“Kementerian pertahanan, pemerintah India, berniat untuk mendapatkan pesawat tempur untuk Angkatan Udara India, yang akan dibuat di India. Proposal ini untuk pengadaan sekitar 110 pesawat tempur [sekitar 75% kursi tunggal dan sisanya kursi kembar), ” kata pernyataan itu.
“Pengadaan harus maksimum 15% pesawat terbang dikirim dari negara pembuat dan sisa 85% pesawat harus dibuat di India bekerja sama dengan mitra strategis atau agen produksi India,” tambah pernyataan itu.
Dengan kata lain, pesawat harus diproduksi bersama oleh pembuat pesawat asing bersama dengan perusahaan India di bawah model kemitraan strategis yang baru-baru ini diluncurkan yang bertujuan untuk membawa teknologi pertahanan kelas atas ke India.
“Pesawat itu dimaksudkan sebagai pesawat tempur multi-peran yang bisa digunakan untuk pertahanan udara, pengintaian, maritim, peperangan elektronik, serta misi pengisian bahan bakar,” kata pernyataan itu.
Angkatan Udara India mensyaratkan memiliki kekuatan 42 skuadron jika ingin bisa menghadapi China dan Pakistan.Tetapi kekuatannya turun menjadi sekitar 31 skuadron.
Menurut perkiraan, sekitar 400 pesawat akan keluar dari layanan pada dekade berikutnya. Banyak di antaranya adalah pesawat MiG buatan Rusia yang telah menjadi tulang punggung Angkatan Udara India selama beberapa dekade.
“Jadi permintaan informasi ini datang pada saat yang kritis,” kata seseorang yang akrab dengan perkembangan.
India mulai mencari pesawat tempur baru pada tahun 2007, pencarian yang berakhir dengan memilih Dassault Aviation untuk pasokan 126 jet Rafale sebesar US$ 11 miliar. Namun kemudian kesepakatan dibatalkan dan pembelian hanya menjadi 36 Rafale.
Menurut perhitungan pemerintah Angkatan Udara dan Angkatan Laut India membutuhkan sebanyak 400 pesawat tempur bermesin tunggal dan ganda.