Militer Jerman menempatkan unit pertahanan udara jarak pendek dengan sekitar 450 tentara di bawah komando Belanda. Hal ini semakin memperdalam hubungan lebih lanjut antara kedua sekutu NATO tersebut.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen pada Rabu 4 April 2018 memuji sifat unik dari kerjasama bilateral yang lebih dekat, yang dimulai pada 1995 dengan pembentukan formasi multinasional yang mengambil bagian dalam rotasi kesiapan NATO.
“Kami berbagi nilai-nilai dan kepentingan bersama, mempercayai masa depan Eropa kami, dan merupakan mitra yang kuat dalam aliansi trans-Atlantik,” kata von der Leyen dalam sebuah upacara penyerahan kendali tersebut.
“Kami ingin memanfaatkan sinergi untuk meningkatkan kemampuan kami yang ada dan membangun yang baru,” katanya dilansir Reuters.
Brigadir Jenderal Michael Gschossmann, komandan unit berbasis darat untuk angkatan udara Jerman, mengatakan pekan lalu bahwa langkah itu secara politik dapat membuka jalan bagi pengembangan bersama senjata baru dan operasi gabungan dari sistem pertahanan udara seperti Patriot .
Jerman dan negara-negara Eropa lainnya berlomba untuk memperluas kerja sama pertahanan, dengan mengutip adanya isolasionisme Amerika di bawah Presiden Donald Trump dan ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia serta ketidakstabilan di Afrika dan Timur Tengah.
Militer Jerman dan Belanda telah merajut bersama beberapa kekuatan darat dan elemen angkatan laut, berlatih bersama dalam pertahanan rudal, dan telah mengembangkan konsep operasi gabungan untuk pasukan pertahanan rudal.
Langkah Rabu menandai ekspansi pertama dari hubungan itu untuk memasukkan pasukan udara Jerman.
Unit Jerman akan berada di bawah kontrol Belanda, tetapi pasukannya akan tetap berbasis di negara bagian utara Schleswig-Holstein.
Mereka bertanggung jawab untuk sistem berbasis darat Mantis yang digunakan untuk melindungi situs militer dari serangan artileri dan roket.
Untuk kemungkinan misi luar negeri, unit Jerman akan kembali ke kontrol Jerman atau jika kedua negara setuju, itu dapat dikerahkan bersama dengan mitranya dari Belanda.
Beberapa elemen dari unit tersebut saat ini dikerahkan di Mali sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB.
Jerman memiliki hubungan militer yang lebih erat dengan Belanda daripada negara Uni Eropa lainnya. Militer Belanda menempatkan sekitar 2.000 pasukan payung di bawah kendali Jerman pada tahun 2014, dan kedua negara itu menghubungkan divisi tank mereka dua tahun kemudian.