Pembom B-1B Kembali ke Timur Tengah
USAF

Pembom B-1B Kembali ke Timur Tengah

Setelah sekitar dua setengah tahun absen karena harus menjalani upgrade serta bergabung ke Pasifik, bomber B-1B Lancer milik Angkatan Udara Amerika Serikat kembali di Timur Tengah.

Pembom non-nuklir ini akan mengambil alih misi serangan yang selama ini diisi oleh pembom B-52 Stratofortress.

Menurut Komando Pusat Angkatan Udara Amerika, Lancer dari Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth, Dakota Selatan, tiba di Pangkalan Udara Al Udeid, Qatar, pada 31 Maret 2018.

Lancer terutama akan difokuskan pada Operation Inherent Resolve, yakni misi perang melawan ISIS di Irak dan Suriah serta Operation Freedom Sentinel di Afghanistan. Komando Pusat tidak akan memberikan rincian tentang berapa banyak pembom yang dikirim untuk misi tersebut.

“Setelah dua tahun mendukung Komando Pasifik AS, B-1 kembali ke Komando Pusat Amerika di mana akan mengambil alih tugas pembom dari B-52 Stratofortress,”  kata Komando Pusat Angkatan Udara (AfCent) dalam postingnya di Twitter.

Ditambahkan B-52 akan segera ditarik setelah dua tahun di mana itu memainkan peran instrumental dalam pertarungan melawan ISIS dan Taliban. Pembom legendaris tersebut selama bergabung ke Komando Pusat mencatat lebih dari 1.800 serangan dan melepaskan sekitar 12.000 senjata dilepaskan terhadap target di Irak, Suriah dan Afghanistan.

Pesawat pengebom B-52 jarak jauh, yang dikenal sebagai “Big Ugly Fat Fellow,” atau BUFF, dialihkan kembali ke Pasifik awal tahun ini untuk menggantikan B-1B untuk misi selama 18 bulan. B-1 mengambil alih misi itu pada tahun 2016 menandai pertama kalinya sejak 2006 Lancer  ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Andersen, Guam.

Saat bergabung dengan kekuatan Pasifik, B-1 menjadi  platform yang sering dikirim untuk menekan Korea Utara, terutama setelah melakukan uji rudal ataupun nuklir.

Pesawat, yang juga dikenal sebagai “Bone,” meninggalkan wilayah tanggung jawab Komando Pusat Amerika pada awal 2016 dan digantikan oleh pembom B-52 Stratofortress di Al Udeid pada bulan April.

Pejabat Angkatan Udara pada saat itu mengatakan, pengembalian B-1B di Amerika Serikat sangat penting untuk meningkatkan armada dengan Stasiun Pertempuran Terpadu terbaru, atau IBS. Peningkatan IBS telah dimasukkan ke dalam lebih dari setengah dari total 62 pesawat.

Sebelum ditarik 2016, B-1B bertanggung jawab atas hampir 40 persen pemboman Angkatan Udara pada target ISIS.

Sekarang meski intensitas pertempuran melawan ISIS mulai turun keberadaan pembom ini masih dibutuhkan untuk melakukan serangan dengan bom-bom dipandu .

Di sisi lain Amerika juga telah meningkatkan serangan udara di Afghanistan untuk mendukung Operation Freedom’s Sentinel. Misi ini juga akan membutuhkan peran dari B-1.

Angkatan Udara Amerika juga telah menggeser lebih banyak drone MQ-9 Reaper untuk misi pengawasan dan serangan, menambah skuadron pencarian dan penyelamatan tempur dan juga mengirimkan A-10C Thunderbolt II yang baru-baru ini tiba di Kandahar Airfield, Afghanistan.

Pada bulan Januari, pesawat ini bergabung dengan jet tempur F-16 Fighting Falcon, C-130J Hercules, pesawat serangan elektronik EC-130H Compass Call, dan pesawat lain yang sudah ada untuk mendukung operasi ini dari Bagram Airfield.