Pada 25 Maret 2018, pasukan Houthi di Yaman menembakkan tujuh rudal ke Riyadh. Arab Saudi mengkonfirmasi peluncuran dan menegaskan bahwa dengan menggunakan sistem pertahanan udara Patriot mereka berhasil mencegat seluruh rudal.
Tetapi Jeffrey Lewis, Direktur Program Nonproliferasi Asia Timur di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin di Middlebury Institute of International Studies di Monterey meragukan klaim tersebut. Hal ini beradasarkan berbagai keterangan di lapangan serta sejarah Patriot itu sendiri.
“Bukan hanya puing jatuh di Riyadh yang menewaskan paling tidak satu orang dan mengirim dua lagi ke rumah sakit. Tidak ada bukti bahwa Arab Saudi mencegat rudal. Dan itu menimbulkan pertanyaan yang tidak nyaman bukan hanya tentang Saudi, tetapi tentang Amerika Serikat yang membuat dan menjual senjata itu,” tulisnya di Foreign Policy 26 Maret 2018.
Gambar dan rekaman yang beredar di media sosial memang menunjukkan baterai intermitor Saudi Patriot menembakkan rudalnya. Tetapi menurut Jeffery hal itu tidak berarti menunjukkan kesuksesan.
“Satu pencegat meledak secara serampangan tepat setelah peluncuran, sementara yang lainnya berputar balik di udara dan kemudian meluncur kembali di Riyadh dan meledak di darat,” katanya.
Tentu saja ada kemungkinan salah satu pencegat lain mampu melakukan pekerjaan untuk mengintersep rudal Houthi. Tetapi Jeffery ragu. “Kolega saya di Middlebury Institute of International Studies dan saya dengan cermat memeriksa dua serangan misil yang berbeda di Arab Saudi dari November dan Desember 2017,” lanjutnya.
Dalam kedua kasus tersebut, mereka menemukan bahwa sangat tidak mungkin misil ditembak jatuh, meskipun ada pernyataan resmi yang menyatakan sebaliknya. “Pendekatan kami sederhana: Kami memetakan di mana puing-puing, termasuk badan rudal dan hulu ledak, jatuh dan di mana pencegat berada. Dalam kedua kasus, pola yang jelas muncul. Rudal itu sendiri jatuh di Riyadh, sementara hulu ledak memisahkan dan mendarat di dekat sasarannya,” katanya.
Ditambahkan satu hulu ledak jatuh dalam beberapa ratus meter dari Terminal 5 di Bandara Internasional Raja Khalid Riyadh. Hulu ledak kedua, yang ditembakkan beberapa minggu kemudian, hampir menghancurkan sebuah dealer Honda.
“Dalam kedua kasus itu, jelas bagi kami bahwa, terlepas dari klaim resmi Saudi, tidak ada rudal yang ditembak jatuh. Saya bahkan tidak yakin bahwa Arab Saudi bahkan mencoba mencegat rudal pertama pada bulan November.” (Baca: Apakah Patriot Arab Saudi Sebenarnya Gagal Cegat Rudal Houthi?)
Intinya, menurut dia, tidak ada bukti bahwa Arab Saudi telah mencegat setiap rudal Houthi selama konflik Yaman. Dan itu menimbulkan keraguan apakah sistem Patriot benar-benar berfungsi.
Sistem yang digunakan di Arab Saudi adalah Patriot Advanced Capability-2 atau PAC-2 yang tidak dirancang dengan baik untuk mencegat rudal Burkan-2 yang ditembakkan Houthi ke Riyadh. Burkan-2 terbang sekitar 600 mil dan tampaknya memiliki hulu ledak yang memisahkan diri dari rudal ketika mendekati target.
“Tapi saya sangat skeptis bahwa Patriot pernah mencegat rudal balistik jarak jauh dalam pertempuran. Paling tidak, saya belum melihat bukti tak terbantahkan yang meyakinkan tentang pencegat Patriot yang berhasil,” katanya.
Selama Perang Teluk 1991, publik dituntun untuk percaya bahwa Patriot memiliki kinerja yang hampir sempurna dengan mencegat 45 dari 47 rudal Scud. Angkatan Darat Amerika kemudian merevisi perkiraan itu menjadi sekitar 50 persen dan bahkan kemudian ada keyakinan angka sebenarnya hanya sekitar seperempat.
Menurut Komite penyelidikan Operasi Pemerintah Senat, tidak ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa telah ada intersep. “Ada sedikit bukti untuk membuktikan bahwa Patriot menghantam lebih dari beberapa rudal Scud yang diluncurkan oleh Irak selama Perang Teluk,” demikian ringkasan dari kesimpulan penyelidikan . “Dan ada beberapa keraguan bahkan tentang keterlibatan ini.”
Laporan ini meminta Pentagon untuk mendeklasifikasi informasi lebih lanjut tentang kinerja Patriot dan meminta evaluasi independen dari program tidak pernah disampaikan ke publik. Lobi sengit oleh Angkatan Darat dan Raytheon berhasil menahan laporan itu keluar dan hanya merilis ringkasannya.
Dengan latar belakang ini Jaffery mengatakan cukup beralasan jika dirinya skeptis terhadap klaim Pentagon bahwa Patriot menembak jatuh rudal balistik Irak pada tahun 2003, klaim yang secara umum diterima tanpa kritik.
“Dan ketika saya mendengar bahwa pertahanan misil mampu melindungi Riyadh, saya ingin melihat sendiri dan, sayangnya, saya tidak terkejut dengan apa yang saya temukan.”