Site icon

Dari Mana Asal-Usul Rudal Houthi?

Rudal Houthi

Pemberontak Houthi Yaman terus melakukan serangan dengan menggunakan rudal yang mengarah ke Ibukota Arab Saudi Ryadh.

Terakhir mereka menembakkan tujuh rudal balistik ke Arab Saudi pada 25 Maret 2018 malam . Seluruh rudal memang bisa dintersep meski rudal Patriot Arab Saudi juga mengalami kegagalan fatal yang memalukan. Dua rudal mereka gagal mengarah ke sasaran bahkan salah satu menghantam permukiman penduduk.

Sebenarnya bukan kali ini saja Houthi melakukan serangan rudal ke Arab Saudi. Pemberontak Houthi di Yaman beberapa kali meluncurkan rudal yang mengarah di Bandara Internasional King Khalid di luar ibukota Saudi Riyadh dan target lain.

Dari mana sebenarnya mereka mendapatkan rudal-rudal tersebut ketika status mereka adalah pemberontak?

Riyadh menyalahkan Iran karena telah memberikan rudal tersebut ke koalisi Houthi dan  menggambarkan serangan tersebut sebagai deklarasi perang langsung oleh Iran. Teheran tentu saja menolaknya. Namun perselisihan dua musuh lama itu telah membuat harga minyak melonjak hingga 10 persen.

Iran telah lama dituding oleh banyak pihak, termasuk Amerika telah memasok senjata ke Houthi. Tapi tidak ada bukti untuk mendukung tuduhan tersebut. Pihak berwenang Saudi telah mengumpulkan semua reruntuhan roket dari serangan Houthi yang gagal, mencegah pengamat dari luar memeriksanya.

Rudal Houthi yang diluncurkan ke Arab

Tidak diragukan lagi, sejak tahun 2015 kapal perang dari beberapa angkatan laut telah mencegat sekitar setengah lusin kapal dagang kecil yang sarat dengan senjata berlayar di lepas pantai Yaman. Media Amerika, Saudi dan Israel semua bersikeras bahwa kapal-kapal tersebut membawa senjata Iran untuk Houthi, namun  ternyata  untuk Somalia.

Satu-satunya senjata yang ditangkap yang dapat dikaitkan dengan Iran adalah beberapa RPG-7, beberapa senapan mesin asal Korea Utara yang diketahui telah diekspor ke Iran pada tahun 1980an dan beberapa senapan penembak jitu  asal Austria yang diekspor ke Iran dan kemudian direkayasa ulang di sana. Tetapi tidak ada rudal.

Jadi dari mana Houthi mendapatkan rudal? Jawaban yang mungkin adalah bahwa Houthi masih mengerahkan rudal yang didapat dari militer Yaman. Sekitar dua pertiga pasukan Yaman meninggalkan dinas pemerintah dan bergabung dengan Houthi pada tahun 2014 dan 2015. Kemungkinan merekalah yang membawa rudal tersebut.

Sebagaimana ditulis War is Boring pada November 2017,  militer Yaman memiliki persediaan sejumlah rudal. Salah satunya rudal permukaan ke udara buatan Soviet yang awalnya dikembangkan  untuk sistem rudal permukaan ke udara S-75 Dvina / SA-2. Yaman memperoleh 964 V-755 pada tahun 1970an dan 1980an. Houthi sepertinya telah menggunakannya dalam mode permukaan ke permukaan di bawah sebutan Qaher-1, Qaher-2 dan Qaher-2M.

Yaman juga memiliki rudal permukaan ke permukaan OTR-21 Tochka / SS-21 Scarab. Awalnya dikembangkan oleh Soviet dan dikirim ke Yaman Selatan pada tahun 1980an, setidaknya 60 rudal tetap bertahan pada tahun 2015.

Ada juga rudal permukaan ke permukaan R-17 / R-300 Elbrus / SS-1C Scud-B yang dikirim Soviet ke bekas Yaman Utara dan Selatan pada tahun 1970an dan 1980an. Hingga 100 R-17 masih dalam persediaan Yaman pada tahun 2015.

Koalisi Houthi menggunakan V-755 SAM buatan Soviet dalam mode permukaan ke permukaan.

 

Gudang senjata Yaman juga diisi dengan Hwasong-6. Sebuah varian yang dikembangkan dari R-17 dengan hulu ledak yang dirampingkan untuk memungkinkan jangkauan yang lebih jauh. Setidaknya 20 salinan rudal buatan Korea Utara ini dikirim ke Yaman pada akhir 1990an dan awal 2000an.

Sejak pertengahan 2015, Pusat Penelitian dan Pengembangan Penelitian Houthi telah membangun beberapa salinan lokal R-17 dan Hwasong-6 yang disebut sebagai Burkan-1 dan Burkan-2 / 2H. Pemberontak tersebut meluncurkan setidaknya delapan Burkan-1 di Arab Saudi pada 2016 dan awal 2017.

Beberapa rudal tampaknya diperbaiki dari rudal yang rusak selama beberapa minggu pertama intervensi yang dipimpin oleh Saudi. Pekerjaan pada mereka dilakukan di bawah kondisi yang relatif primitif dan dengan alat yang tidak sempurna.

Tidak mengherankan, penembakan pertama Burkan-2 pada 29 Oktober 2017  gagal. Rudal itu tidak berfungsi dan meledak tinggi di atas Sa’ada. Yang kedua adalah yang menargetkan King Khalid Internasional pada 4 November dan tampaknya berhasil. Houhti benar-benar mampu membombardir Arab Saudi tanpa bantuan Iran.

Konon, pemberontak tampaknya kehabisan roket. Tempo serangan tampaknya melambat. Pemberontak mungkin meluncurkan roket lebih cepat daripada yang bisa mereka bangun. Koalisi yang dipimpin Saudi juga telah menghancurkan setidaknya empat dari peluncu mobile yang digunakan pemberontak untuk menembakkan R-17, Hwasong dan Burkan.

Exit mobile version