Sadar Rusia Gerus Superioritas Udara AS, US Army Susun Rencana Baru
US Army

Sadar Rusia Gerus Superioritas Udara AS, US Army Susun Rencana Baru

Amerika Serikat menyadari superioritas udara yang mereka miliki selama 70 tahun terakhir kini dalam posisi tidak aman. Rusia yang terus mengembangkan senjata terutama sistem pertahanan udara yang mumpuni telah menjadi ancaman serius.

Angkatan Darat akan terkena dampak dari berkurangnya superioritas udara ini karena menjadikan perlindungan udara kepada pasukan darat akan semakin sulit dilakukan.

Kini US Army menyusun rencana baru untuk menutup celah tersebut sekaligus memberi jawaban atas kekuatan benteng udara Moskow. Pada intinya, Angkatan Darat tidak mau terlalu tergantung pada Angkatan Udara

“Kekuatan, jangkauan dan daya bunuh pertahanan udara Rusia membuat semua bentuk dukungan udara jauh lebih sulit, dan pasukan darat akan merasakan dampaknya,” kata Jenderal Robert Brown, yang memimpin Angkatan Darat Amerika di Pasifik saat berbicara sebagaimana dilaporkan Military.com, Jumat 30 Maret 2018.

Dia mengatakan jawabannya adalah untuk mendorong jangkauan maksimum semua sistem untuk melakukan serangan mendalam dan strategis.

Alih-alih mempertaruhkan pesawat dan pilot Amerika untuk melindungi pasukan Amerika saat mereka bertempur dengan Rusia,  Angkatan Darat memilih cara dengan meningkatkan jangkauan roket, artileri, dan misilnya.

Menurut Brown dengan menggunakan sistem itu, Amerika dapat melumpuhkan pertahanan Rusia dan menjaga pasukannya  tetap dalam posisi aman meski tanpa dukungan udara selama berminggu-minggu.

John Gordon IV, seorang peneliti kebijakan senior di Rand Corp pernah mengatakan meriam modern Rusia biasanya memang lebih unggul dalam jarak dibandingkan milik Amerika. Mereka mampu menyerang 50 persen hingga 100 persen lebih jaruh daripada sistem artileri Amerika.

Brown juga mengatakan Amerika perlu memperluas jangkauan sistem yang ada saat ini dan mereka yang sedang dibangun akan menjadi Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat dengan jangkauan 499 kilometer, sedikit di bawah perjanjian kontrol senjata yang membatasi jarak senjata hingga 500 km.

Jenderal Stephen Maranian, komandan Sekolah Lapangan Artileri Angkatan Darat, mengatakan rudal baru akan memiliki kemampuan untuk menyerang kapal di laut, target bergerak di darat, kemampuan untuk memiliki sub-amunisi yang menyerang target lapis baja dan memiliki efek dan kemampuan untuk menggunakan sensor untuk membidik target.

Selain itu, Amerika sedang membangun howitzer self-propelled baru yang akan meningkatkan jangkauan hingga 40 kilometer, dan meningkatkan laju tembakan.