Ada Sejumlah Kejanggalan Terkait Laporan F-35 Israel Menyusup ke Iran
F-35 dan F-16 Israel

Ada Sejumlah Kejanggalan Terkait Laporan F-35 Israel Menyusup ke Iran

Laporan yang menyebutkan dua jet tempur F-35 Israel telah menyusup jauh ke wilayah Iran tanpa terdeteksi radar. Jet-jet tempur siluman yang di Israel dikenal sebagai F-35i Adir tersebut juga dikabarkan telah beberapa kali melakukan misi ke Suriah tanpa terdeteksi oleh radar Rusia yang ditempatkan di negara tersebut.

Laporan tersebut muncul di media Al-Jarida yang berbasis di Kuwait dengan mengutip sumber militer Israel dan kemudian Jerusalem Post baru mengutipnya.

Menurut “sumber informasi” yang berbicara dengan Al-Jarida, awal Maret ini, dua jet siluman Aidr terbang tanpa terdeteksi atas Suriah dan Irak dan menyelinap ke wilayah udara Iran, terbang dalam misi pengintaian atas kota-kota Iran Bandar Abbas, Esfahan dan Shiraz.

Sumber itu menambahkan bahwa tujuh pejuang F-35 dalam dinas aktif di IAF telah melakukan sejumlah misi di Suriah dan di perbatasan Lebanon-Suriah. Dia menggarisbawahi bahwa jet tempur dapat melakukan perjalanan dari Israel ke Iran dua kali tanpa pengisian bahan bakar.

Tetapi ada beberapa yang aneh dalam laporan tersebut.  Pertama-tama adalah media yang melaporkan. Al-Jarida adalah media yang berbasis di Kuwait dan selama ini memang sering digunakan untuk mengirim pesan propaganda Israel.

Dunia Arab paham benar bahwa sebenarnya Al-Jarida adalah media milik Israel yang digunakan sebagai platform menyampaikan pesan ke negara-negara lain di Timur Tengah. Dengan demikian media semacam ini tidak bisa dipercaya sepenuhnya karena misi utamanya adalah menyebarkan propaganda.  Tidak hanya Israel yang menggunakan media sebagai bagian propaganda. Hampir semua negara terutama Rusia dan China.

Keanehan kedua, Angkatan Udara Israel mengoperasikan lebih dari tujuh atau setidaknya sembilan F-35. Pesawat ini memiliki jangkauan sekitar 2.000 km dalam mode siluman. Sehingga tidak mungkin tanpa tangki bahan bakar eksternal, jet tempur bisa terbang ke Iran dua kali, tanpa singgah atau pengisian bahan bakar udara.

Israel menyatakan F-35 secara resmi beroperasi pada 6 Desember 2017. Meskipun Angkatan Udara Israel memiliki sejarah panjang merintis pesawat baru dan menggunakan sistem senjata baru dalam pertempuran nyata dalam waktu dekat, ini biasanya terjadi untuk misi yang cukup rumit dan menantang dengan nilai stategis yang nyata dan tinggi.

Sebagaimana dilaporkan The Aviationsit, Jumat 30 Maret 2018, dalam hal ini, menerbangkan beberapa F-35 untuk misi pengintaian “sederhana” di atas Iran tidak akan sebanding dengan risikonya. Dan apa tujuan dari menjalankan misi ini kemudian membocorkan beritanya?  Sebuah unjuk kekuatan untuk pencegahan? Atau untuk menunjukkan ke dunia kemampuan IAF untuk beroperasi secara bebas di dalam wilayah udara Suriah dan Iran, terutama setelah kehilangan F-16I awal tahun ini?

Seperti diketahui pada 10 Februari 2018, sebuauh jet tempur F-16 Israel ditembak jatuh Suriah saat memasuki wilayah udara negara tersebut guna menyerang 12 sasaran Iran di Suriah.

Banyak sumber mengatakan bahwa kehilangan jet pertama sejak Perang Lebanon Pertama dapat mempercepat komitmen F-35I  untuk misi selanjutnya. Ini masuk akal, meskipun bagaimanapun bergegas membawa pesawat baru yang belum benar-benar matang dalam pertempuran memiliki beberapa risiko berat.

Dengan jumlah yang terbatas, Israel harus benar-benar mempertimbangkan penggunaan jet tempur ini untuk sebuah misi. Tidak sekadar unjuk kekuatan saja. Pesawat akan digunakan untuk misi yang benar-benar penting.

Selain itu kehadiran radar dan platform ELINT Rusia di Suriah menyebabkan beberapa kekhawatiran. Rusia akan dapat mengidentifikasi secara real time dari mana pesawat Israel lepas landas time dan mungkin menggunakan data yang dikumpulkan untuk“ mengkarakterisasi ” sinyal F-35 seperti yang dilaporkan juga dilakukan Rusia pada F-22 saat di Suriah.

Semua memang sebatas klaim, benar atau tidak, hanya Israel yang tahu.