Rusia saat ini hanya memiliki satu kapal induk yang dikenal sebagai Admiral Kuznetsov. Negara ini sedang berencana membangun kapal induk baru untuk menggantikan kapal tua peninggalan Soviet tersebut.
Tetapi rencana ini dibayang-bayangi sejarah buruk karena sejak era Soviet negara ini jatuh bangun dalam membangun kapal jenis ini.
Salah satu desain yang sudah dibangun adalah Proyek 23000E atau SHTORM yang ditawarkan Russia’s Krylovsky State Research Center (KRSC). Desain ini memiliki perpindahan dari 90-100,000 ton, dengan panjang 330 m, lebar 40 m, dan memiliki draft 11 m. Kapal memiliki kecepatan tertinggi 30 knot, kecepatan jelajah 20 kt, ketahanan 120-hari, awak 4-5,000, dan dirancang untuk menahan kondisi laut 6-7.
Kapal induk in akan membawa 80-90 pesawat termasuk T-50 PAKFA versi Angkatan Laut dan MiG-29K , serta pesawat peringatan dini, dan helikopter Ka-27 angkatan laut.
Namun beberapa waktu lalu petinggi militer Rusia menyebut ada proyek kapal induk lain yang lebih kecil tetapi memiliki kemampuan yang setara dengan Sthorm. Tidak jelas apakah pernyataan ini mengisyaratkan Rusia sedikit ragu bisa membangun supercarrier.
Sejarah memang tidak bisa ditutupi ketika Soviet jatuh bangun membangun kapal induk.
Meski secara tradisional kekuatan militer utama Soviet berada di darat, Negara ini tidak asing dengan desain dan pembangunan kapal induk selama ratusan tahun sejarahnyanya sejak Negara masih dalam bentuk kekaisaran.
Sejarah Rusia meluncurkan pesawat dari kapal secara teknis dimulai pada tahun 1904 dengan Rus, sebuah kapal yang dibangun Jerman dan diubah menjadi aerostat-carrier oleh Angkatan Laut Imperial Rusia untuk melakukan pengintaian laut jarak jauh. Dengan munculnya pesawat amfibi pada Perang Dunia I, Rusia bergabung dengan kekuatan lain dalam mengkonversi kapal guna membawa pesawat ini.
Semuanya dimulai dengan Orlitsa, sebuah kapal yang dibeli dari Inggris pada tahun 1903 dan diubah menjadi kapal pesawat amfibi yang membawa pesawat pada tahun 1915 oleh Putilov Wharf.
Oriltsa dilengkapi dengan 4 pesawat M-9 jenis amfibi. Kapal mengangkat dan menurunkan pesawat ke dalam air dengan menggunakan derek. Mesin dan boiler yang dilengkapi dengan jaring khusus untuk melindungi serangan bom musuh.
Terlibat dalam pertempuran di Laut Baltik, kapal itu dilucuti dan diganti Sovet pada tahun 1918, dan dipindahkan ke Timur Jauh dan dipensiun pada tahun 1964.
Selain Orlitsa, Angkatan Laut Kekaisaran menerjunkan dua kapal uap lainnya, Kaisar Alexander I dan Kaisar Nikolai I, kapal yang dibeli dari Inggris pada tahun 1913, dan diubah untuk digunakan sebagai operator pesawat amfibi pada tahun 1916.
Kapal-kapal itu dipersenjatai dengan senapan mesin 6×120 mm dan 2×57 -MM dan masing-masing membawa antara 7-8 pesawat amfibi. Melayani di Laut Hitam selama Perang Dunia I, kapal-kapal melakukan berbagai operasi melawan pasukan Turki dan Jerman.

Pada 1919, Alexander I, berganti nama menjadi Republican setelah Revolusi Februari. Kapal direbut oleh pasukan Prancis dan dibawa kembali ke Prancis. Pada tahun 1942, kapal itu tenggelam oleh Bomber Angkatan Udara AS di lepas pantai Indocina. Sementara Kaisar Nikolai I, mengalami nasib serupa. Berganti nama menjadi ‘Aviator’ pada Mei 1917, kapal itu direbut oleh Jerman, dipindahkan ke negara Ukraina yang memisahkan diri, dan kemudian ke pemerintah Prancis.
Setelah kekalahan militer Prancis pada tahun 1940, Inggris mengambil alih banyak kapal dagang Prancis, termasuk Aviator. Pada tahun 1942, kapal kandas di lepas pantai Gabon, ditinggalkan, dan hancur oleh gelombang.

Pada tahun 1918, pada awal Perang Saudara Rusia, Tentara Merah menugaskan proyek yang menarik yang disebut Volga Flotilla. Pelaut mengkonversi tongkang tua yang membawa minyak menjadi pembawa pesawat amfibi, dan hasilnya adalah Kommuna ‘shock barge’, sebuah tongkang ‘kejutan ‘ yang dilengkapi dengan 9 pesawat kapal, termasuk 6 M-9 dan 3 pesawat era Perang Dunia I yang dibangun Perancis Newport 17. Pesawat ini digunakan untuk mengumpulkan intelijen, dan membom benteng lawan.