Hubungan yang selalu tegang dengan China memaksa Taiwan untuk mengembangkan kekuatan militernya. Mereka menghadapi kendala karena banyak negara yang enggan membantu karena tidak ingin membuat China marah.
Beijing tetap bersikukuh Taiwan adalah bagian dari China dan jika mencoba untuk mendeklarasikan kemerdekaan, maka tidak segan-segan kekuatan militer yang berbicara.
Salah satu program penting yang dikembangkan Taiwan untuk memperkuat dirinya adalah pembangunan kekuatan rudal. Program ini menjadi elemen substansial untuk membangun kekuatan penangkal atas China.
Secara historis, Taiwan telah membatasi komposisi pasukan rudal dengan sebagian besar adalah aset defensif, seperti rudal jelajah antikapal dan rudal balistik jarak pendek.
Pemimpin Taiwan umumnya menganggap pendekatan ini sebagai cara yang efektif untuk mencegah ancaman terhadap kedaulatan mereka sambil meminimalkan ketegangan dengan China.
Hal itu juga telah memungkinkan Taiwan untuk mempertahankan dukungan pertahanan Amerika bahkan setelah Amerika Serikat secara resmi mengalihkan pengakuan diplomatiknya dari Taipei ke Beijing pada tahun 1979.
Namun, pada tahun-tahun belakangan ini, Taiwan telah mulai mengembangkan dan menyebarkan sistem rudal yang lebih sesuai untuk misi serangan, termasuk rudal jelajah jarak jauh untuk serangan darat.
Taiwan tentu seja mengejar program-program ini secara diam-diam untuk menghindari kekhawatiran di Amerika Serikat atau China.
Karena sebagian besar negara tidak mempertahankan hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, kadang-kadang sulit bagi Taiwan untuk memperoleh sistem senjata yang lebih canggih dari pasar internasional.
Akibatnya, negara kepulauan itu sering memilih untuk secara domestik mengembangkan teknologi rudal baru, yang telah melahirkan industri pertahanan Taiwan yang kuat.
Apa saja rudal yang dimiliki Taiwan dan seberapa jauh jangkauannya? Grafis ini akan memberikan gambaran lebih jelas: