Amerika Serikat mengakui tidak memiliki pertahanan untuk melawan rudal hipersonik baik yang dibangun China dan Rusia dan perlu mempercepat upaya untuk melawan ancaman tersebut.
“Baik Rusia dan China sedang mengembangkan kemampuan hipersonik,” kata Jenderal Angkatan Udara John Hyten, Komandan Komando Strategis Amerika yang berbasis di Omaha Rabu 21 Maret 2018. “Kami telah menyaksikan mereka menguji kemampuan itu. Jadi Rusia dan China secara agresif mengejar kemampuan hipersonik.”
Hyten menjelaskan bahwa rudal hipersonik diluncurkan di atas rudal balistik dan kemudian terbang dengan kecepatan sangat tinggi di sepanjang lintasan seperti rudal jelajah atau pesawat terbang. Mereka dapat dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir atau konvensional dan sulit untuk melawan.
“Rudal akan naik ke tempat dan kemudian segera berbalik turun dan kemudian keluar dan terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Itu adalah senjata hipersonik,” katanya saat memberi kesaksian di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat.
Ketika ditanya oleh Senator James Inhofe apakah militer memiliki pertahanan terhadap rudal hipersonik, Hyten mengatakan bahwa tidak ada pertahanan saat ini untuk mengadang rudal yang melakukan perjalanan lebih cepat dari 7.500 mil per jam.
“Kami tidak memiliki pertahanan yang bisa melawan penggunaan senjata semacam itu, jadi tanggapan kami adalah kekuatan jera kami yang merupakan tiga serangkai dan kemampuan nuklir yang harus kami tanggapi sebagai ancaman,” kata Hyten. Triad tersebut adalah kombinasi dari rudal nuklir berbasis darat dan laut dan pembom nuklir.
China telah melakukan beberapa tes kendaraan hipersonik yang digunakan untuk mengalahkan pertahanan rudal. Demikian juga Rusia. Bahkan senjata itu baru-baru ini diumumkan langsung oleh pemimpin Rusia Vladimir Putin.
“Karena pesaing kami terus bergerak cepat di bidang ini, kita harus mengambil kembali inisiatif dan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan dan menggunakan senjata konvensional hipersonik,” kata Hyten sebagaimana dilaporkan Washington Free Beacon.
Jenderal itu mengatakan Amerika Serikat berada di depan China dan Rusia di beberapa bidang teknologi hipersonik tetapi tertinggal di beberapa bidang lain.
“Secara keseluruhan, saya akan mengatakan ini adalah kompetisi, saya yakin, bahwa kita harus memiliki tujuan untuk memenangkan kompetisi itu, tidak kalah, tapi memenangkan persaingan,” katanya.
Hyten menolak untuk membahas daerah di mana Amerika Serikat berada di belakang pesaing dalam perlombaan senjata hipersonik.