Para ilmuwan menemukan artefak anggota paling awal homo sapiens di padang Afrika yang berumput yang memiliki perilaku dan peralatan canggih pada zaman itu. Manusia yang diperkirakan hidup 320.000 tahun lalu tersebut antara lain menggunakan pigmen warna, menciptakan alat canggih dan berdagang dengan kelompok orang lain yang jauh.
Temuan tersebut dilaporkan pada Kamis oleh para ilmuwan yang meneliti artefak yang ditemukan di Kenya selatan, seumuran dengan fosil homo sapiens paling awal yang ditemukan di tempat lain di Afrika.
Para peneliti menggambarkan pigmen Oker yang menghasilkan warna merah terang, yang bisa digunakan untuk melukis tubuh atau ekspresi simbolis lainnya, serta alat yang dibuat dari obsidian atau batu vulkanik yang menghasilkan pisau tajam, yang kontras dengan yang digunakan oleh spesies sebelumnya.
Para peneliti menemukan banyak bukti pengiriman obsidian jarak jauh ke lokasi Cekungan Olorgesailie dari lokasi sejauh 88 km di atas medan yang terjal, yang membuat mereka percaya bahwa benda itu diperoleh dari kelompok lain melalui perdagangan meskipun tidak diketahui apa yang diberikan sebagai alat pertukaran.
Temuan ini menunjukkan kemajuan teknologi dan struktur sosial yang tidak terduga dalam sejarah, kata mereka.

“Pandangan saya adalah bahwa kemampuan mental dan sosial baru berkembang termasuk kesadaran akan kelompok lain, penggunaan pigmen dan teknologi inovatif termasuk titik tajam yang berada di dasar asal spesies tersebut,” kata ahli paleoantropologi Rick Potts, Direktur Museum Asal Usul Alam Sejarah Smithsonian.
“Mungkin perilaku tersebut benar-benar merupakan yang membedakan garis keturunan gen dari spesies manusia purba lainnya,” katanya menambahkan.

Tim menemukan bahan pigmen, warna kecoklatan gelap dari mangan dan merah terang dari Oker. “Pilihan untuk mengimpor Oker dari jarak jauh daripada menggunakan bahan lokal yang lebih umum agar memiliki wajah merah, rambut, atau pakaian maupun senjata juga membawa pesan simbolis,” kata ahli paleoantropologi Alison Brooks dari Universitas George Washington dan Program Asal Manusia.
Para peneliti menggambarkan alat obsidian yang lebih kecil, yang lebih hati-hati dibuat dan lebih khusus daripada alat batu yang lebih besar yang disebut kapak tangan yang digunakan oleh spesies sebelumnya.
Batuan obsidian digunakan dalam berbagai alat termasuk pemecah, yang diimplementasikan dengan ujung pahat dan juga pada titik kecil yang bisa diletakkan di ujung batang kayu atau tulang untuk digunakan sebagai senjata tajam.