Inggris, Amerika Serikat, Jerman dan secara Prancis bersama-sama meminta Rusia untuk menjelaskan serangan toksin saraf kelas militer pada mantan agen ganda Rusia di Inggris yang menurut mereka mengancam keamanan Barat.
Penggunaan agen saraf semacam itu di tanah Eropa menjadi yang pertama sejak Perang Dunia Kedua. Inggris telah menyematkan kesalahannya pada Rusia dan telah mengusir 23 orang Rusia yang dikatakan sebagai mata-mata yang bekerja di bawah penutup diplomatik di kedutaan di London.
“Kami meminta Rusia untuk menjawab semua pertanyaan terkait serangan tersebut,” kata Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan dalam pernyataan bersama mereka Kamis 15 Maret 2018.
“Ini adalah serangan terhadap kedaulatan Inggris,” kata para pemimpin tersebut. “Ini mengancam keamanan kita semua.”
Rusia membantah terlibat dalam keracunan tersebut. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menuduh London berperilaku “tidak sopan”.
Rusia telah menolak tuntutan Inggris untuk menjelaskan bagaimana Novichok, agen saraf yang pertama kali dikembangkan oleh militer Soviet, digunakan untuk menyerang Sergei Skripal dan putrinya Yulia di kota Salisbury, Inggris selatan.
Meski pernyataan tersebut mengindikasikan respons yang lebih terkoordinasi dari sekutu terdekat Inggris, pernyataan tersebut tidak merinci mengenai tindakan spesifik yang akan diambil Barat jika Rusia gagal mematuhi permintaan tersebut.
Para pemimpin Barat mengatakan penggunaan toksin Novichok adalah pelanggaran yang jelas terhadap Konvensi Senjata Kimia dan hukum internasional.
Mereka meminta Rusia untuk memberikan penjelasan lengkap tentang program Novichok ke Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag.
Rusia mengatakan tidak tahu apa-apa tentang serangan agen saraf tersebut dan telah berulang kali meminta Inggris untuk memasok sampel agen saraf yang digunakan untuk menyerang Skripal.