Vil Mirzayanov, seorang ilmuwan Rusia yang ikut mengembangkan Novichok, agen saraf yang digunakan pada mantan mata-mata Sergei Skripal di Salisbury Inggris awal bulan ini, mengungkapkan efek mengerikan racun tersebut.
Vil Mirzayanov, yang memimpin sebuah departemen kontra-intelijen militer Soviet, mengatakan kepada The Daily Mail bahwa ciptaannya menyebabkan korban mengalami kejang dan kehilangan kekuatan untuk bernafas, semua did alam tubuh akan merasakan sakit yang luar biasa.
“Racun untuk melumpuhkan orang, itu menyebabkan Anda kejang dan Anda tidak bisa bernapas dan setelah itu Anda mati, jika Anda cukup mendapat dosis,” kata pria berusia 83 tahun itu Senin 12 Maret 2018.
“Ini benar-benar penyiksaan, tidak bisa dibayangkan, bahkan dalam dosis rendah, rasa sakit bisa terus berlanjut selama berminggu-minggu, Anda tidak bisa membayangkan ngerinya, sangat buruk.”
Skripal dan putrinya ambruk di bangku di Salisbury pada tanggal 4 Maret, dan sejak saat itu berada dalam kondisi kritis. Perdana Menteri Inggris Theresa May mengungkapkan pada Senin malam bahwa senjata yang digunakan dalam percobaan pembunuhan tersebut adalah Novichok buatan Rusia.
Mirzayanov berpartisipasi dalam penelitian, pengembangan, dan produksi senjata kimia, termasuk Novichok, untuk Uni Soviet menjelang akhir Perang Dingin.
Pada tahun 1992 dia dipecat dan dipenjara atas tuduhan pengkhianatan, setelah mencoba untuk mengungkapkan tingkat program senjata kimia negara tersebut. Dia kini tinggal di pengasingan di New Jersey sejak tahun 1990an.
Keluarga Novichok dikembangkan selama dua dekade di sebuah fasilitas penelitian sejauh 50 mil di luar ibukota Rusia. Racun ini berkali-kali lebih kuat daripada senjata kimia lain yang telah dikenal, agen Novichok bahkan membuat masker gas dan peralatan pelindung tidak berguna.
Terkadang digambarkan sebagai ‘gas’ mereka sebenarnya cair, dimaksudkan untuk dikirim sebagai semprotan halus.
Serangkaian racun, yang dikenal sebagai Novichok 5, 7, 8 dan 9 untuk mengidentifikasi diproduksi di tengah kondisi kerahasiaan yang lengkap. Mereka semua membunuh dengan cara yang sama. Dengan menghambat enzim yang mengendalikan reseptor saraf di otak.
Pakar farmakologi Inggris Profesor Gary Stephens mengatakan agen saraf ini lebih berbahaya dan canggih daripada sarin atau VX dan lebih sulit untuk diidentifikasi. Novichok menyebabkan perlambatan jantung dan pembatasan saluran pernapasan, yang menyebabkan kematian akibat sesak napas.
“Salah satu alasan utama agen ini dikembangkan adalah karena komponennya tidak ada dalam daftar terlarang. Ini berarti bahan kimia yang dicampur untuk membuatnya lebih mudah didapat.”
Vil Mirzayanov menyalahkan Putin atas serangan terhadap Skripal, yang menyerahkan rahasia negara Rusia kepada intelijen Inggris dari tahun 1995 dan mendapat suaka di Inggris pada tahun 2010.
“Ini adalah serangan yang kurang ajar, Putin berpikir dia bisa menggunakan segalanya untuk membunuh musuh. Mereka tidak mentolerir lawan,” katanya. “Mereka harus dihukum. Ini demonstrasi terbuka tentang terorisme Rusia ini.
“Pemerintah Rusia mengatakan kepada orang-orang yang mengungkapkan lebih banyak rahasia berpikir bahwa mereka dapat mengharapkan nasib yang sama.”
Para ahli juga mengatakan bahwa penggunaan Novichok menunjukkan bahwa Rusia ingin pihak lain tahu mereka ada di balik serangan tersebut.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah mengomentari tuduhan Inggris tersebut. Lavrov menyatakan bahwa Inggris harus mematuhi Konvensi Larangan Senjata Kimia dan memberi Rusia akses ke sampel agen saraf yang diduga digunakan untuk meracucni Sergei Skripal dan putrinya.
“Begitu ada desas-desus, tentang fakta bahwa zat yang diproduksi di Rusia terlibat dalam keracunan Skripal muncul, kami segera meminta akses ke zat ini agar ahli kami dapat menganalisisnya sesuai dengan Konvensi Larangan Senjata Kimia, ” katanya pada sebuah konferensi pers Selasa 13 Maret 2018 sebagaimana dilaporkan Sputnik.
Lavrov menambahkan Moskow telah meminta akses ke semua fakta dan dokumen yang terkait dengan penyelidikan tersebut, karena salah satu korbannya adalah Yulia Skripal, seorang warga negara Rusia. Menurut menteri, tuntutan Rusia ditolak oleh Inggris.