Perang Suriah yang telah berlangsung selama tujuh tahun benar-benar telah mengoyak kehidupan rakyat negara di Timur Tengah tersebut.
Pengamat Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang bermarkas di Inggris memperkirakan sekitar 511 ribu orang terbunuh dalam perang Suriah yang sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak tersebut.
Pengamat, yang melacak korban tewas dengan menggunakan jaringan di dalam Suriah tersebut, mengatakan Senin 12 Maret 2018 mengenali lebih dari 350 ribu orang tewas dan sisanya adalah kejadian dengan pihaknya mengetahui bahwa terjadi kematian namun tidak mengetahui nama korban.
Perang itu dimulai setelah unjuk rasa besar pada 15 Maret 2011, menyeret kekuatan kawasan dan dunia serta memaksa jutaan orang -lebih dari setengah jumlah penduduk sebelum perang- meninggalkan rumah mereka.
Sekitar 85 persen korban tewas adalah warga, yang dibunuh pasukan pemerintah Suriah dan sekutunya, kata pengamat tersebut. Militer Suriah, yang bergabung dengan sekutu Rusia-nya sejak 2015 menggunakan kekuatan udara secara luas.
Saat perang mendekati tahun kedelapan, pertempuran sengit berlanjut di beberapa daerah, termasuk Ghouta timur, dekat ibu kota Damaskus, dan Afrin di dekat perbatasan Turki.
Perang di Suriah diawali dengan perang saudara ketika pemerintah Bashar Assad menumpas kelompok oposisi. Situasi kacau kemudian dimanfaatkan oleh ISIS untuk mengambil posisi dan merebut banyak wilayah di negara tersebut.
Situasi semakin rumit ketika Amerika dan sekutunya memulai operasi melawan ISIS di Suriah sekaligus mendukung pemberontak. Sementara Iran dan Rusia mendukung pemerintah Suriah.
Di sisi lain, Turki juga menggelar aksi militer sendiri untuk memburu musuhnya YPG Kurdi yang ada di Suriah.