AS Sulit Diharapkan, Korea Selatan Cari Rudal untuk KF-X ke Eropa
IHS Jane

AS Sulit Diharapkan, Korea Selatan Cari Rudal untuk KF-X ke Eropa

Setelah negosiasi dengan Amerika terus mengalmai penundaan, Korea Selatan sekarang beralih ke Eropa dalam program offset pengadaan senjata utamanya. Salah satunya mereka fokus untuk mengintegrasikan rudal udara ke udara Meteor dan Diehl Defense’s IRIS-T di jet tempur KF-X yang sedang dibangun bersama Indonesia.

DAPA pada tanggal 5 Maret mencatat daftar 18 proyek pengadaan yang memenuhi syarat untuk kontrak offset 2018.

“Tujuan utama untuk program offset ini adalah untuk membantu perusahaan pertahanan lokal memperoleh teknologi senjata asing atau berpartisipasi dalam proyek pengadaan senjata,” kata juru bicara DAPA Kang Hwan-Seok kepada Defense News.

“Jika perusahaan kecil dan menengah kami, khususnya, memiliki kesempatan untuk bergabung dengan program pengadaan utama sebagai pemasok, daya saing teknologi pertahanan dalam negeri bisa melompat ke depan,” tambahnya.

Daftar kesepakatan offset ini terutama menempatkan prioritas pada transfer teknologi Meteor dan IRIS-T untuk jet tempur KF-X, yang mulai dikembangkan pada tahun 2026.

Pada bulan oktober 2017, DAPA menandatangani kontrak dengan MBDA untuk mengintegrasikan Meteor di jet tempur bermesin ganda masa depan tersebut.

DAPA awalnya berencana untuk melengkapi pesawat dengan rudal buatan Amerika, seperti rudal udara ke udara AIM-120 dan AIM-9X. Namun pemerintah Amerika masih belum menyetujui integrasi rudal pada KF-X.

“Sekarang kami berencana untuk mempersenjatai KF-X dengan rudal Eropa karena masalah lisensi ekspor Amerika,” kata seorang pejabat DAPA yang berbicara dengan syarat anonimitas kepada Defense News.

Meteor MBDA adalah generasi berikutnya dari Beyond Visual Range Air-to-Air Missile (BVRAAM) yang terintegrasi dalam jet tempur Eurofighter Typhoon, Rafale dan F-35 Lightning II.

Korea Selatan meluncurkan proyek KF-X pada tahun 2015 dengan tujuan memproduksi lebih dari 120 jet tempur untuk menggantikan armada jet F-4 dan F-5 yang telah tua. Tidak jelas apakah senjata ini juga termasuk untuk pesawat yang diproduksi untuk Indonesia yang dikenal sebagai IF-X.

PT DI menandatangani kesepakatan dengan KAI pada Januari 2016 dengan membiayai 20% dari biaya pengembangan. Sementara KAI membayar 20% dan pemerintah Korsel membayar 60% dari program senilai 7,5 triliun won (Rp91,17 triliun). Indonesia berencana mendapatkan sekitar 80 pesawat yang  disebut sebagai IF-X