Melacak Sejarah Brutal Bom Napalm

Melacak Sejarah Brutal Bom Napalm

Pemboman napalm di Jepang

Penggunaan Napalm di Perang Dunia II dan Perang Korea

Selama Perang Dunia II, pasukan Amerika menggunakan campuran napalm 6 persen dalam penyembur api. Bom Napalm, sejenis bom api, menjadi bagian penting dari kampanye udara.

Pada tahun 1944, pasukan Sekutu menjatuhkan bom napalm pertama di Pulau Tinian pada tahun 1944, yang merupakan bagian dari Kepulauan Mariana Utara di Samudera Pasifik utara. Napalm menghancurkan kota-kota di Jepang, terutama karena banyak rumah terbuat dari kayu.

Sebuah kampanye pemboman napalm terhadap Tokyo pada tanggal 9 Maret 1945, menewaskan sekitar 100.000 orang dan membakar 15 mil persegi (39 kilometer persegi) kota.

Pasukan Sekutu juga menggunakan napalm dalam pertempuran Eropa, dengan sekitar 3,4 kiloton bom napalm – hingga 50 persen bom digunakan- jatuh di Dresden pada bulan Februari 1945. Pemboman tersebut, yang diabadikan dalam  “Slaughterhouse-Five,” karya Kurt Vonnegut merupakan bagian dari kampanye kontroversial di mana antara 35.000 dan 135.000 warga sipil Jerman meninggal dunia.

Pasukan Amerika  menemukan napalm yang berguna melawan bunker Jerman. Jika ledakan itu tidak membunuh tentara di dalam, kemungkinan panasnya yang akan melakukan. Taktik serupa digunakan untuk melawan tentara Jepang yang menduduki pulau-pulau Pasifik, yang menggunakan sistem terowongan bawah tanah yang luas.

Jika Perang Dunia II adalah tempat pengujian napalm – yang menyebabkan banyak kehancuran dan hilangnya nyawa,  maka Perang Korea adalah penggunaan yang sebenarnya dari napalm. Pasukan Amerika  menggunakan sejumlah besar napalm di Korea, ironisnya sebagian besar dibuat di Jepang yang dulu juga menjadi sasaran napalm Amerika.

Selama konflik, pasukan A.S. menjatuhkan seperempat juta pound (113.398 kilogram) bom napalm setiap hari, sebagian besar berbentuk bom napalm M-47 dan bom pembakar M-74. Pengebom ketinggian  dan pembom tempur  melepaskan mereka di tank dan tentara musuh.

Setelah Perang Korea, Amerika Serikat mengembangkan bentuk napalm yang lebih maju. Jenis napalm ini tidak dibuat dari asam naphthenic dan palmitic. Meski tidak lagi menggunakan bahan yang menjadi asal usul nama napalm, senjata baru tetap disebut sama. Ini seperti orang menyebut “Coke” berarti soda.

Napalm-B, penerus napalm yang kadang-kadang disebut super-napalm, NP2 atau Incendergel, terbuat dari bensin 33 persen, 21 persen benzena dan 46 persen polystyrene. Bensin dalam napalm umumnya sama dengan yang ditemukan di sebagian besar pompa bensin, dan bensin itu sudah memiliki beberapa benzena di dalamnya, namun tingkat benzena meningkat untuk napalm.

Napalm-B dianggap lebih aman daripada  sebelumnya. Namun perlu diingat  istilah “aman”  digunakan dalam kaitannya dengan napalm, umumnya mengacu pada mereka yang menggunakan senjata tersebut, bukan senjata itu lebih aman untuk warga sipil.

Salah satu fitur keselamatan Napalm-B adalah agak sulit untuk dinyalakan, mengurangi kemungkinan penembakan  tidak disengaja. Thermite, campuran kimia yang terbakar pada suhu sangat tinggi, sering digunakan dengan sekering untuk membakar Napalm-B.

Next: Penggunaan Napalm di Perang Vietnam