Ketika prototipe YF-22 memenangkan kontrak Advanced Tactical Fighter (ATF) pada bulan April 1991 yang kemudian melahirkan F-22 Raptor, sebenarnya pesawat ini dalam banyak hal ada di bawah Northrop YF-23.
Meskipun YF-22 adalah pesawat yang lebih bermanuver tetapi YF-23 memiliki kemampuan jelajah supersonik yang jauh lebih besar -terutama ketika dilengkapi dengan mesin General Electric YF120.
Bahkan ketika didukung mesin Pratt & Whitney YF-119 yang kurang kuat, YF-23 memiliki kemampuan untuk terbang seluruh sortie dengan kecepatan supersonik di atas Mach 1,4.
Barry Watts yang merupakan seorang analis di tim Northrop pada saat itu menyebutkan prototipe jet yang ramping juga bisa cruise di lebih dari Mach 1,8 ketika dilengkapi dengan mesin YF-120.
“Dia [Barry Watts] benar tentang supercruising untuk seluruh sortie, seperti itulah definisi (Ps = 0), tapi dia salah tentang angka,” kata Jim Sandberg dari bagian uji coba dari YF-23 bermesin YF-120 sebagaimana dikutip National Interest beberapa waktu lalu.
“Yang Anda kutip hanya untuk PAV-1 kami yang dilengkapi dengan mesin YF-119 yang relatif kurang bertenaga. Pesawat kami PAV-2, dilengkapi dengan mesin yang lebih kuat yakni YF-120 yang dikembangkan oleh GE dengan supercruise lebih cepat. ”
Versi produksi akhir dari F-22 Raptor juga memiliki cruise dengan kecepatan lebih besar dari Mach 1,8 tanpa afterburner, tapi dengan daya tahan yang jauh lebih terbatas.
Bahkan pilot Raptor menyatakan bahwa itu tidak terlalu berguna dalam misi sebenarnya. “Supercruise mengesankan di atas kertas tetapi sangat tidak praktis dalam tempur dengan bahan bakar terbatas,” kata seorang pilot senior F-22 Angkatan Udara AS. “Saya lebih suka memiliki sebuah pesawat yang bisa memperoleh energi cepat untuk supercruises.”
YF-23 bertentangan dengan pendapat banyak orang bahwa pesawat ini tidak memiliki kecepatan lebih tinggi dibanding YF-22. Kedua jet terbatas pada kecepatan aerodinamis max sekitar Mach 2,2 sebagai akibat dari inlet kompresi mereka tetap eksternal.
Bahkan, ketika F-22 Raptor terbang pada pada Mach 2.0 dengan plakat buatan karena lapisan siluman pesawat itu rentan terhadap delaminasi jika jet pergi lebih cepat khususnya di sekitar kanopi. Desan Northrop juga memiliki jangkauan yang lebih baik dibandingkan dengan YF-22, dan itu bisa dibilang desain stealthier.