Jepang bulan ini mengeluarkan permintaan informasi atau request for information (RFI) ketiga kepada perusahaan pertahanan, untuk membangun jet tempur masa depan mereka yang akan dijuluki F-3. Tidak seperti dua RFI pertama, permintaan kali ini ditujukan ke perusahaan asing di Amerika Serikat dan Eropa, dengan dokumen dikirim ke London dan Washington.
“Jepang mengharapkan usulan khusus untuk desain berdasarkan pesawat yang ada,” kata salah satu sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters Kamis 8 Februari 2018.
Pesawat udara yang dapat digunakan Jepang sebagai dasar membangun F-3 termasuk jet stealth F-35 Lightning II yang dibangun oleh Lockheed Martin Corp atau Boeing Co F / A-18E / F Super Hornet, dan Eurofighter Typhoon yang diproduksi oleh konsorsium Eropa termasuk BAE Systems Plc.
Pesawat jet tempur terakhir diproduksi di negeri itu, F-2, mulai beroperasi pada tahun 2000, dibangun bersama oleh Mitsubishi Heavy Industries (MHI) dan Lockheed Martin berdasarkan pesawat tempur multi peran F-16 . Sebagai pembuat tempur terkemuka Jepang, MHI, yang membangun A6M Zero era Perang Dunia II, kemungkinan besar juga akan membangun F-3 yang didasarkan pada jet tempur barat tersebut.
“Kami mempertimbangkan pengembangan domestik, pembangunan bersama dan kemungkinan untuk memperbaiki kinerja pesawat terbang yang ada, namun kami belum sampai pada keputusan apapun,” kata perwakilan Kementerian Pertahanan.
Membangun pesawat tempur generasi baru yang berbasis pada pesawat asing dan sudah beroperasi akan bisa menghemat uang, namun mengorbankan fitur canggih seperti desain siluman. Baik Typhoon maupun Super Hornet dirancang tidak untuk menghindari dari deteksi radar.
“Boeing sangat tertarik untuk bekerja sama dengan pemerintah Amerika dan Jepang untuk berkolaborasi dengan industri Jepang dalam program tempur berikutnya,” kata juru bicara Boeing.
Lockheed Martin dan BAE Systems, perusahaan pertahanan terbesar Inggris, tidak segera bersedia memberikan komentar.
Pendekatan Jepang terhadap pemerintah Amerika dan Inggris datang saat Washington mempertimbangkan untuk mencari pengganti F-22 Raptor. Inggris, yang telah mencari hubungan keamanan yang lebih dekat dengan Jepang, termasuk kerja sama untuk mengembangkan peralatan pertahanan lainnya, pada akhirnya mungkin membutuhkan pesawat tempur untuk menggantikan Typhoon
Jepang, yang membeli jet stealth F-35 untuk memodernisasi pertahanan udaranya dalam menghadapi kekuatan militer China yang terus bertambah, ingin mengenalkan pesawat tempur superioritas di tahun 2030 untuk membantu mencegah penyusupan ke wilayah udaranya.
Jepang sejauh ini berjuang untuk membangun dengan desain sendiri. Bahkan Mitsubishi Heavy telah menguji demonstrator pesawat siluman pada tahun 2016, ATD-X atau X-2, yang membebani pemerintah Jepang US$ 350 juta untuk dikembangkan.
Namun upaya untuk membangun jet tempur sendiri dibatalkan karena akan menghabiskan biaya banyak dan waktu yang lama.