Amerika: Hati-Hati dengan Utang China
Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson /Business Insider

Amerika: Hati-Hati dengan Utang China

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan bahwa negara-negara Afrika harus berhati-hati terhadap tawaran utang dari China.

Namun demikian, dirinya menegaskan bahwa Washington tidak tengah mencoba menghalang-halangi investasi dari China di benua Afrika.

“Kami tentu saja tidak bermaksud untuk menghalangi investasi dari China untuk Afrika,” kata Tillerson dalam konferensi pers di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa Kamis 8 Maret 2018.Ini merupakan pertama kalinya Tillerson mengunjungi negara tersebut.

Tillerson hanya mengingatkan jangan sampai utang dari China pada akhirnya akan menjadi awal menyerahkan kedaulatan mereka.

“Namun sangat penting bagi negara-negara Afrika untuk secara berhati-hati mempertimbangkan berbagai macam syarat perjanjian [utang dari China] agar tidak begitu saja menyerahkan kedaulatan mereka,” kata Tillerson sebagaimana dilaporkan Reuters.

Sementara itu Business Insider melaporkan Rabu 7 Maret 2018 terpaksa menerima pinjaman dari China yang 1.100% lebih mahal jika dibandingkan meminjam dari negara lain.

Pinjaman dari China, yang akan digunakan untuk mempercepat proyek infrastruktur termasuk proyek bendungan, kereta api, dan sistem irigasi, datang dengan tingkat bunga 2% sampai 3%. Padahal pinjaman yang tersedia dari Jepang memiliki suku bunga antara 0,25 dan 0,75%, hingga 12 kali lebih murah daripada pinjaman dari China.

Alasannya, China bisa memberikan pinjaman secara cepat. Dan suku bunga 2-3% disebut masih jauh lebih baik daripada pinjaman komersial yang lain.

China memiliki pola pendanaan proyek infrastruktur di negara-negara miskin dengan imbalan hubungan dan akses regionalyang lebih baik, sebuah tren yang disebut diplomasi perangkap utang.

Salah satu penyebab terbesar adalah inisiatif Belt and Road China , sebuah proyek senilai triliun dolar untuk menghubungkan 70 negara di Asia, Oceania, Afrika, dan Eropa dengan jalur kereta api dan pelayaran. Untuk mendanai proyek infrastruktur bagi negara-negara miskin- China menawarkan pinjaman kepada mereka.

Pinjaman tersebut dapat memiliki tingkat bunga atau sumber daya alam yang sangat tinggi yang digunakan sebagai jaminan bahwa China dapat mengendalikan jika sebuah negara gagal membayar utangnya.

Ada hal lain yang terjadi di Filipina bahwa karena memberi pinjaman maka pelaksana proyek akan dilaksanakan oleh kontraktor milik China hingga perusahaan dan pekerja lokal akan kalah. Akhirnya batas antara pemerintah dan perusahaan China semakin kabur.