Harus diakui dalam beberapa tahun terakhir Rusia secara pelan namun pasti telah kehilangan posisinya di pasar pertahanan India.
Hal ini dijelaskan dengan niat Pemerintah India untuk melakukan diversifikasi pemasok senjata, khususnya, Amerika Serikat, Ukraina, Korea Selatan dan lainnya. India juga menganggap teknologi pertahanan militer Rusia telah tertinggal dan mereka telah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan senjata buatan negara tersebut.
Rusia kerap menggunakan kampanye informasi untuk mendiskreditkan mitra India lainnya dalam kerjasama teknik militer. Diantara mitra teknis militer ini, kompleks industri pertahanan Ukraina. Upaya untuk menghapus Ukraina dari pasar persenjataan India adalah kesempatan terakhir Kremlin untuk tetap tinggal di sana.
Rusia telah mengalami banyak kekalahan dengan Amerika di pasar senjata India. Ne Delhi memilih helikopter tempur Amerika AH-64E Apache dibandingkan Mi-28 Rusia. Rusia kalah bersaing dalam pengiriman helikopter transportasi berat ketika India memilih CH-47F Chinook dibandingkan Mi-26 ke.
Boeing P-8 Poseidon telah dipilih menggantikan Tu-142 Rusia dan pesawat pengangkut IL-476 kalah dari C-17 Globemaster Amerika.
Proyek jet tempur generasi kelima India -Rusia juga terus berada dalam situasi tidak jelas bahkan dibayangi dengan risiko kegagalan. Lebih dari delapan tahun, bahkan kontrak desain pesawat terbang terakhir belum ditandatangani.
India tidak puas dengan mesin jet tempur yang lemah serta radar tempur dan karakter siluman jet tempur Rusia juga dianggap tidak mumpuni. Pihak India cenderung ingin menutup proyek ini dan dikabarkan ingin membeli pesawat tempur F-35 Amerika. Jika India meninggalkan proyek tersebut, Rusia harus mengurangi produksi pesawat generasi mendatang karena kekurangan dana.
Kremlin tidak mampu memenuhi tuntutan India di industri pertahanan. Runtuhnya kesepakatan, kurangnya komponen, transfer teknologi militer penting dalam program “Make in India” menyebabkan penurunan pangsa senjata Rusia di pasar India.
India juga tidak terlalu puas dengan keandalan jet tempur Rusia. Pada bulan Desember 2015, Comptroller dan Auditor General (CAG) India melaporkan 126 dari 210 jet tempur Su-30MKI yang dioperasikan India tidak bisa terbang akibat rusak. Menurut Kementerian Pertahanan India, enam pesawat telah hilang sejak awal operasi.
Rusia juga menjual jet tempur MiG-29K dan MiG-29KUB ke India yang pengirimannya dimulai pada tahun 2014. Namun audit pada 2016 menunjukkan 62% mesin Rusia tidak dapat diservis.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa program substitusi impor Rusia telah gagal. Rusia menggunakan komponen dari negara-negara NATO dan Uni Eropa untuk membangun hampir semua jenis peralatan militer. Dengan diberlakukannya sanksi, ahli Rusia tidak dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri, karena mereka tidak memiliki komponen yang diperlukan.
Selain itu, Rusia mengharapkan untuk menekan Ukraina di India untuk mengkompensasi kekurangannya sendiri. Bagaimanapun, India tetap menjadi mitra dagang terbesar Ukraina di bidang kerjasama teknik militer.
Pada periode 2015 sampai 2017, Ukraina memenuhi kontrak senilai sekitar US$ 400 juta. Termasuk perbaikan pesawat An-32 dan pembangkit listrik tenaga air India dan pembangkit listrik turbin gas untuk kapal perang.
Bahkan hanya UkrOboronProm SE “Zorya-Mashproekt”, dalam tiga tahun terakhir, memasok produk senjata total lebih dari $ 200 juta, menyediakan kapal-kapal India dengan pembangkit listrik.
Perlu dicatat bahwa dalam kerangka kesepakatan yang ditandatangani dengan perusahaan-perusahaan India, Ukraina berjuang untuk memenangkan tender dalam program “Make in India” untuk menerima pesanan dari pemerintah India di bidang manufaktur dan perbaikan pesawat terbang, modernisasi kendaraan lapis baja, pemeliharaan teknik kelautan, serta produksi dan pasokan UAV.
Perusahaan Ukraina “SpetsTechnoExport” telah berhasil memenuhi kontrak dengan perusahaan HAL dari 2013 untuk penyediaan beam holders. Pada bulan Desember 2017, mereka menerima sebuah permintaan untuk menyimpulkan kontrak pengadaan beam holders dari Perusahaan Negara “Vizar”, dan pada bulan Februari 2018 – permintaan Kementerian Pertahanan India untuk produk tersebut, berjumlah lebih dari US$ 3 juta.
Perlu dicatat bahwa dalam rangka kontrak ini, sebuah kampanye informasi melawan Ukraina diluncurkan. Media Rusia berulang kali menerbitkan informasi yang belum diverifikasi dan belum dikonfirmasi tentang dugaan kegagalan perusahaan untuk memenuhi kontrak.
Kampanye anti-Ukraina mencapai puncaknya selama fase negosiasi dengan kontraktor asing. Rusia bagaimanapun telah menggunakan segala upaya untuk mempertahankan kakinya di India.