Setelah pertemuan bersejarah antara diplomat Korea Selatan dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Korea Utara dilaporkan berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi atau menghapus kekuatan nuklirnya.
Kantor Berita Korea Selatan Yonhap dan Bloomberg melaporkan Selasa 6 Maret 2018 bahwa Korea Utara telah berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi, yang telah menjadi hambatan utama dalam perdamaian di Semenanjung Korea selama beberapa dekade.
“Pihak Utara dengan jelas menegaskan komitmennya terhadap denuklirisasi Semenanjung Korea dan mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk memiliki senjata nuklir jika keamanan rezimnya dapat dijamin dan ancaman militer terhadap Korea Utara telah dihapus,” kata Chung Eui-yong, Direktur Kantor Keamanan Nasional Korea Selatan, yang menghadiri pertemuan tersebut sebagaimana dilaporkan Yonhap.
“Selain itu, Korea Utara berjanji tidak akan menggunakan senjata mereka, termasuk senjata konvensional untuk melawan Korea Selatan,” tambahnya.
Berita tersebut menyusul satu tahun yang dipenuhi dengan ancaman nuklir panas karena uji coba nuklir dan rudal yang semakin mengkhawatirkan yang dilakukan oleh Korea Utara. Sebagai tanggapan, Amerika kemudian menjatuhkan sanksi paling keras yang pernah ada dan mengeluarkan ancaman secara terbuka kepada Korea Utara.
Tekanan sanksi yang sangat berat ini yang kemungkinan telah memaksa Kim Jong un memilih strategi lain dengan membuka pintu dialog serta menghapus nuklir mereka.
Korea Utara telah berbicara tentang denuklirisasi sebelumnya, namun janji-janji tersebut selalu gagal diimplementasikan. Jika Korea Utara secara serius mendorong perdamaian dan penyatuan kembali dengan pejabat Korea Selatan, Korea Selatan dan Amerika telah berulang kali menyatakan bahwa denuklirisasi yang dapat diverifikasi harus dilakukan.
Yonhap melaporkan bahwa dasar tersebut sekarang telah diletakkan untuk Kim untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae In, yang akan menjadi pertemuan pertama Kim dengan kepala negara lainnya.
Sebelumnya pada hari Selasa, media Korea Utara melaporkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai “kesepakatan”, meskipun tidak jelas apa yang telah mereka sepakati.
Media Korea Utara melaporkan bahwa Kim ingin menulis sebuah sejarah baru penyatuan kembali dua korea, dan akan dengan cepat mengambil langkah praktis untuk menciptakan perdamaian antara kedua negara yang secara teknis masih berperang sejak 1950.