Dua drone tempur di gudang senjata Amerika adalah dragon Predator dan Reaper. Mereka terlihat sangat mirip, jadi tidak mengherankan bila mereka memiliki banyak kesamaan karakteristik. Kedua senjata udara ini digerakkan baling-baling, dan keduanya bisa dipersenjatai dengan rudal dipandu laser Hellfire.
Masing-masing dilengkapi antena untuk komunikasi dengan ground control saat lepas landas dan mendarat, sementara sistem satelit digunakan untuk menyampaikan informasi saat pesawat tak berawak itu tidak terlihat.
Link ini berjalan dua arah: Pilot dapat mengendalikan navigasi, senjata dan sistem lainnya di pesawat tak berawak, sementara drone dapat mengirim kembali informasi seperti gambar dari kamera siang dan inframerahnya.
Ada beberapa perbedaan yang signifikan. Reaper adalah pesawat tak berawak yang lebih besar, dengan lebar sayap 66 kaki (20,1 meter) dibandingkan dengan Predator 55 kaki (16,8 meter). Dengan ukuran ini muncul sejumlah keunggulan bagi Reaper:
- Ketinggian Maksimum: Reaper, 50.000 kaki (15.240 meter); Predator, 25.000 kaki (7.620 meter)
- Rentang: Reaper, 1.150 mil (1.850 kilometer); Predator, 770 mil (1.240 kilometer)
- Payload (daya dukung): Reaper, 3.750 pound (1.701 kilogram); Predator, 450 pound (204 kilogram)
- Senjata: Reaper, empat peluru kendali laser; Predator, dua peluru kendali laser
- Cruising Speed: Reaper, 230 mil per jam (370 kilometer per jam); Predator, 84 mil per jam (135 kilometer per jam)
Tentu saja, kelebihan ini sebanding dengan biaya yang dibutuhkan. Unit drone- termasuk empat pesawat, stasiun pengontrol darat dan jalur satelit berharga US$ 56,5 juta untuk Reaper. Sementara Predator hanya US$ 20 juta.
Central Intelligence Agency (CIA) dan dan sebuah lengan militer yang dikenal sebagai Komando Gabungan Operasi Khusus atau Joint Special Operations Command (JSOC) bertanggung jawab untuk mengarahkan pesawat tak berawak yang ditempatkan di serangkaian basis rahasia di seluruh Eropa, Afrika dan Asia dan sering diterbangkan oleh pilot yang sebenarnya berada di Amerika Serikat.
Awalnya, agensi ini mempertahankan “daftar dibunuh” yang terdiri dari tersangka teroris yang mereka targetkan dengan serangan setelah mendapat izin dari Gedung Putih.
Pada 2013, Gedung Putih menjadi lebih terlibat, bekerja untuk memformalkan proses melalui apa yang mereka sebut matriks disposisi. Daftar yang diperbarui ini, yang dibuat oleh Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional, mencakup informasi tentang tersangka teroris seperti biografi, lokasi, asosiasi dan organisasi terafiliasi.
Daftar ini juga mencakup strategi bagaimana menghadapi teroris, seperti ekstradisi, penangkapan dan serangan drone. Sejumlah analis intelijen dan pejabat militer tinggi meninjau daftar tersebut sebelum menerima keputusan akhir dari presiden. Pada akhirnya, presiden harus menyetujui semua serangan pesawat tak berawak di luar Pakistan. Sementara Direktur CIA dapat menyetujui serangan di Pakistan.