
Sebelumnya kita akan secara singkat membahas sejarah drone terlebih dahulu. Militer di dunia telah mencoba menyerang satu sama lain dengan pesawat tak berawak bahkan selama lebih dari 150 tahun.
Semuanya dimulai pada bulan Juli 1849 ketika tentara Austria, setelah mengepung Venesia, mengikat bom ke balon dan melayang ke kota. Sebuah sekering berjangka waktu seharusnya melepaskan bom di atas Kota Kanal, tapi ironisnya, angin kencang meniup banyak balon melewati kota dan di atas perkemahan Austria di sisi lain.
Baik tentara Union dan Konfederasi juga mencoba serangan serupa selama Perang Sipil Amerika, tapi seperti orang-orang Austria, usaha mereka biasanya jauh dari target.
Penemuan Wright bersaudara tentang pesawat pada tahun 1903 mendorong eksperimen tak berawak dari balon ke menuju pesawat terbang. Prototipe paling awal, yang dikembangkan oleh militer Amerika selama Perang Dunia I, hanyalah pesawat modifikasi yang bisa diprogram ke target musuh.
Meskipun ada beberapa keberhasilan yang terbatas, pesawat tak berawak awal ini tidak dapat dipulihkan setelah serangan, dan tes menunjukkan bahwa mereka tidak dapat diandalkan dan tidak tepat untuk tugas tempur.
Tak lama setelah perang, kemajuan dalam radio kontrol memungkinkan pesawat tak berawak dipandu secara real time, dan pada 15 September 1924, Curtiss F-5L yang dirancang Amerika menjadi pesawat pertama yang lepas landas, bermanuver dan mendarat dengan remote control.
Teknologi serupa pilot Angkatan Laut Amerika mengendalikan dari jarak jauh Curtiss TG-2, yang melakukan serangan torpedo jarak jauh. Selama pengujian serangan tahun 1942 berhasil menhantam kapal yang jadi target.
Drone menjadi lebih efektif selama Perang Dingin. Pada awal 1960-an, Ryan Aeronautical Company mengembangkan Lightning Bug, sebuah pesawat tak berawak yang bisa dipulihkan dengan parasut.
Kemudian, perusahaan tersebut mengadaptasi desain yang membawa senjata dengan nama BGM-34A. Selama penerbangan uji coba pada 14 Desember 1971, pesawat tak berawak ini menjadi yang pertama menyerang target dengan rudal dipandu dan dicatat dalam sejarah sebagai UCAV modern pertama.
Meski Israel berhasil menggunakan pesawat tak berawak baru tersebut melawan kendaraan lapis baja dan situs rudal Mesir selama Perang Yom Kippur tahun 1973, drone ini tidak pernah digunakan di Vietnam karena orang Amerika menganggapnya tidak sebaik teknologi berawak.
Militer terus menggunakan pesawat tak berawak sepanjang akhir abad ke-20, namun sebagian besar diperuntukkan bagi misi pengintaian. Dan misi ini juga yang dilakukan pada awal-awal keberadaan drone Predator yang memulai operasinya pada tahun 1995. Namun pada tanggal 16 Februari 2001, drone dilengkapi dengan rudal Hellfire. Waktu yang tepat untuk digunakan Amerika menanggapi serangan 11 September 2001.