Tetapi Korea Utara masih belum sampai tahapan ini. Mereka sampai pada tataran untuk bisa membunuh satelit lawan dengan tingkat kekerasan tinggi seperti yang dilakukan pada uji coba China.
Ditambah dengan kenekatan Kim yang diyakini akan melakukan apapun untuk mengalahkan Amerika, strategi penghancuran LOW sangat mungkin dipilih. Dalam kondisi terdesak, Pyongyang akan meluncurkan rudal balistiknya untuk menargetkan satelit atau objek angkasa lain untuk memberi efek rantai yang membuat wilayah tersebut kolaps.
Amerika dan juga negara-negara lain yang memiliki ketergantungan tinggi pada satelit akan lumpu atau setidaknya buta.
Korea Utara tidak perlu untuk bisa menghantam target milik Amerika yang berkaitan dengan militer.
Objek apapun yang ada bisa menjadi target untuk diledakkan. MEreka bisa meledakkan sejumlah rudal balistik di berbagai ketinggian dan garis lintang orbit dengan acak untuk kemudian menebarkan puing-puing tersebut.
Yang paling mengkhawatirkan adalah aplikasi ini tidak memerlukan reentry vehicles atau penargetan darat yang rumit serta.
Bahkan penggunaan rudal tunggal yang dioptimalkan untuk misi kejam ini bisa berakibat pada konsekuensi mengerikan. Jika anda pernah melihat film Gravity tahun 2013 yang dibintangi oleh Sandra Bullock maka gambaran tersebut adalah hal yang masuk akal dan mungkin terjadi.
Karena ada begitu banyak sampah yang sudah ada di orbit, pada dasarnya 95% dari apa yang ada di sana tidak digunakan untuk tujuan operasional, begitu awan puing baru muncul, seperti bola salju dia akan berputar semakin besar dan semakin menghancurkan.
Menyebarkan satelit dengan kedok ilmu pengetahuan adalah cara lain untuk bisa membuat kehancuran area ini.
Benda-benda di orbit bergerak pada kecepatan yang sangat tinggi, sehingga meluncurkan satelit dengan tujuan tunggal untuk mempengaruhi benda orbit lain akan memunculkan tabrakan dan menyebarkan puing berbahaya.
Korea Utara baru saja mengumumkan minatnya untuk menggelar satelit lain seperti yang mereka lakukan dengan salah satu roket Unha pada awal 2016 dan pada tahun 2012. Sudah dipahami secara luas bahwa satelit ini memiliki sedikit nilai operasional bagi Korea Utara.
Yang mengkhawatirkan adalah muatan sebenarnya yang dibawa oleh roket tersebut untuk misi penghancuran ruang angkasa, termasuk beberapa postulat yang bisa menjadi semacam senjata nadi elektromagnetik.
Tapi menggunakan cara semacam itu untuk menjalankan misi anti-akses ruang angkasa akan lebih mudah untuk dideteksi sejak awal.