
Sebaliknya, angkatan udara Korea Selatan termasuk yang paling kuat di Asia Pasifik, yang memiliki personel yang terlatih dan jajaran pesawat paling mampu. Kekuatan andalannya adalah 59 armada Boeing F-15K “Slam Eagles” dan lebih dari 120 jet tempur Lockheed Martin F-16C yang telah menjalani peningkatan avionik dan radar.
F-15 dapat membawa rudal jelajah Taurus KEPD 350, yang dapat membawa hulu ledak 481kg ke target bernilai tinggi di manapun di semenanjung Korea. Seoul melakukan uji coba senjata ini pertama kali dan berhasil pada bulan September lalu.
F-15K dan F-16 didukung oleh kekuatan Northrop F-5E Tiger II yang meski tua tetapi masih bisa diandalkan dan McDonnell Douglas F-4E Phantoms. Seoul secara bertahap mengganti Tiger dengan pesawat tempur FA-50 yang diproduksi Korea Aerospace Industries, yang muncul sebagai platform serangan darat utama. Sebagai tambahan, Seoul menjadi negara terbesar keempat di dunia yang mengoperasikan helikopter tempur. Negara ini memiliki 709 helikopter seperti Helikopter Bell AH-1J / S dan armada AH-64E.
Korea Selatan memiliki kemampuan misi khusus yang canggih, yaitu empat pesawat AEW & C yang didasarkan pada Boeing 737, serta delapan Hawker 800 yang digunakan untuk pengintaian taktis dan memberi sinyal intelijen.
Korea Selatan juga telah memesan 40 F-35 Lightning II yang akan dikirim dari 2018 sampai 2021, dan empat pesawat A330 Multi-Role Tanker Transports buatan Airbus Defense & Space yang akan tiba dari 2019.
Amerika Serikat dapat membawa kemampuan luar biasa untuk melawan Pyongyang termasuk pesawat taktis seperti F-16 dan Fairchild Republic A-10 Thunderbolt II yang berbasis di Korea Selatan, serta pesawat tempur superior F-15C yang berbasis di Jepang.
Dalam sebuah krisis, Amerika juga bisa mengirimkan pesawat yang lebih canggih seperti Lockheed Martin F-22 Raptor, pembom stealth stealth Northrop Grumman B-2 Spirit, dan Boeing B-1B Lancer.

USS Ronald Reagan, kapal induk kelas Nimitz berbasis di Jepang dan bisa dengan cepat mengambil posisi. Kapal ini membawa sayap udara yang diisi oleh pesawat AEW & C Northrop Grumman E-2D Hawkeye, empat skuadron F / A-18 E / F Super Hornet, skuadron EA-18G dan helikopter.
Jika pangkalan udara dihancurkan oleh rudal balistik Korea Utara, penerbangan kapal induk akan menjadi lebih penting lagi.
Amerika Serikat juga memiliki platform ISR strategis yang lengkap, mulai dari Boeing E-3 Sentries dalam peran AEW & C, hingga platform seperti RQ-4 Global Hawk dan E-8 JSTARS. Mereka juga memiliki pesawat pengisian bahan bakar KC-135 Stratotanker yang berbasis di wilayah ini.
Semua aset ini akan dikoordinasikan melalui Komando Komponen Gabungan Udara yang merupakan Komando Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Korea / AS.
Sungpyo Hong, seorang profesor di universitas Ajou Korea Selatan, memperkirakan Amerika dan sekutunya akan mencapai supremasi udara di atas Korea Utara hanya dalam waktu 24 jam.
“Sejak perang Teluk 1991, supremasi udara telah diputuskan dalam sehari,” katanya. “Dalam peperangan kontemporer, hari pertama adalah yang paling penting untuk kekuatan udara. Pada hari pertama Perang Teluk, 1.000 – 2.000 serangan dilakukan oleh pasukan multinasional melawan musuh. Jika terjadi konflik di Korea, kampanye udara akan menjadi sangat mirip.”
Dia mengatakan bahwa tujuan pertama dari sekutu adalah membunuh Kim Jong-Un dan pimpinan seniornya, di mana drone bersenjata dapat berperan. Dia juga percaya bahwa B-2 yang dikawal di wilayah musuh oleh F-22 akan menjadi platform yang sangat efektif untuk operasi memburu dan menghabisi pemimpin Korea Utara ini.