Amerika Kehilangan Mitra Penting untuk Melawan ISIS

Amerika Kehilangan Mitra Penting untuk Melawan ISIS

Koalisi anti-ISIS pimpinan Amerika kehilangan mitra tempur paling efektif di Suriah, karena orang-orang Kurdi dari Pasukan Demokratik Suriah semakin menjauh dari perang melawan militan.

The New York Times melaporkan mengutip pejabat Amerika yang tidak disebutkan namanya melaporkan pejabat pemerintahan dan militer pemerintahan Trump telah menyaksikan dengan semakin khawatir karena tentara Kurdi menolak untuk melawan ISIS.

Tanpa dukungan mereka, kampanye untuk mengalahkan kelompok tersebut dalam bahaya. Anggota kelompok itu akan memiliki kesempatan untuk memulihkan kekuatan dan bergerak lebih dalam ke Suriah barat dan akhirnya ke Turki dan Yordania.

Menurut lima pejabat yang dikutip New York Tiems, anggota SDF jumlahnya mencapai sekitar 50.000 yang terdiri dari pejuang Kurdi dan Arab dan tersebar di seluruh Suriah. Dari jumlah tersebut lebih dari 20.000 pejuang Kurdi ditempatkan di Afrin untuk melawan serangan Turki

“Invasi Turki untuk menduduki Afrin telah sangat mempengaruhi pertarungan kita melawan ISIS,” kata Shahoz Hasan, wakil Presiden Partai Demokratik Suriah dalam sebuah wawancara 26 Februari.

“Setelah kami berhasil membuat ISIS tercekik, orang-orang Turki menyerang pasukan kita di wilayah itu.”

Seperti diketahui mulai 20 Januari, Turki memulai operasi ‘Olive Branch’ atau ‘Cabang Zaitun’ terhadap pasukan Kurdi di Distrik Afrin.

Langkah tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas keputusan Amerika untuk melatih pasukan keamanan perbatasan dengan kekuatan 30.000 pasukan  yang terdiri dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Persatuan Demokratik (PYD) yang dianggap Ankara berafiliasi dengan Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK). Kelompok ini oleh Turki dimasukkan dalam daftar teroris.

Keputusan Washington tersebut dikecam keras oleh Turki. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengancam untuk menghabisi pasukan yang dia sebut sebagai “tentara teroris” tersebut.

Di sisi lain  Damaskus juga mengecam Turki karena telah melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah dengan menyerang Afrin.

Ankara menekankan bahwa operasi tersebut tidak menargetkan pemerintah Suriah, namun ditujukan untuk membersihkan wilayah perbatasan dari teroris yang dimulai dari Manbij dan seluruh wilayah perbatasan mereka dengan Suriah.

Beberapa hari  setelah operasi tersebut dimulai, Menteri Pertahanan Amerika James Mattis, mengklaim bahwa kampanye militer Ankara di Afrin telah menghalangi apa yang dia katakan sebagai perang melawan terorisme.