Rusia mengerahkan jet tempur Su-57 ke Suriah dalam sebuah langkah yang banyak dilihat sebagai menguji teknologi dan kemampuan serta taktik pemasaran untuk pesawat tersebut.
Times of Israel melaporkan bahwa Rusia memberikan “peringatan rahasia” kepada negara Yahudi tersebut dengan mengatakan bahwa Su-57 akan berfungsi sebagai pencegah pesawat terbang dari negara-negara tetangga, yang secara berkala terbang ke wilayah udara Suriah tanpa diundang.
Peringatan terselubung itu terjadi setelah Israel dan Suriah melakukan pertempuran udara dengan pertahanan udara Suriah yang menumbangkan sebuah F-16 Israel. Israel mengatakan bahwa mereka menghancurkan separuh dari pertahanan udara Suriah sebagai gantinya.
Tapi sejumlah pihak menilai sepertinya Su-57 tidak menimbulkan ancaman bagi jet tempur Barat meskipun merupakan jet tempur terbaru dan paling canggih di Rusia.
“Saya tidak berpikir ada orang yang terlalu khawatir tentang ancaman kinetik dari Su-57 di Suriah dalam keadaan saat ini,” kata Justin Bronk, pakar penerbangan tempur di Royal United Services Institute, kepada Business Insider Selasa 27 Februari 2018.
Bronk menunjuk pada masalah pada Su-57 untuk mengintegrasikan radar ke data yang benar-benar dapat digunakan pilot di kokpit, dan masalah ini membuat jet tersebut kesulitan menjatuhkan bom dengan benar. Bronk menyebut pesawat ini jauh dari status siap tempur.
Meskipun radar canggih dan inovatif Su-57 dapat menimbulkan ancaman bagi pesawat siluman Amerika seperti F-22, yang juga beroperasi di Suriah, namun tidak siap untuk bertarung dengan Israel, Amerika , atau bahkan Turki.
Pejabat Rusia lainnya memberi alasan tambahan kehadiran Su-57 di Suriah tampaknya mengkonfirmasi analisis Barat bahwa penyebaran tersebut merupakan taktik pemasaran dan uji coba untuk jet yang tidak terbukti.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa jet tersebut memiliki “kebutuhan untuk diuji dalam kondisi tempur, dalam kondisi perlawanan [musuh].”
Namun seorang pejabat Rusia lainnya mengatakan di media Rusia bahwa saat membantu Suriah, mereka menguji lebih dari 200 jenis senjata baru yang mencakup sistem yang sangat canggih seperti rudal jelajah yang diluncurkan oleh kapal selam yang dirancang untuk pertempuran jarak jauh.
Tapi seperti yang Bronk satu-satunya pertempuran Rusia di Suriah adalah mengebom pemberontak dan pasukan ISIS untuk mendukung pasukan darat Assad yang tidak relevan untuk jet tempur superioritas udara sekelas Su- 57.
Intinya, semua kekuatan angkatan udara Rusia digunakan untuk menyerang target darat di wilayah dengan sistem pertahanan udara yang lemah. Meski kasus terakhir menunjukkan sebuah Su-25 mereka ditembak jatuh sistem rudal Manpads
Akibatnya, Bronk mengatakan bahwa Su-57 tidak diragukan lagi akan terbang di atas ketinggian 15.000 kaki untuk menghindari rudal tersebut, yang berarti jet Rusia baru tidak akan benar-benar terbang dalam kondisi tempur.
Purnawirawan Angkatan Udara Amerika Letnan Jenderal David Deptula, yang saat ini menjadi Dekan Institut Studi Kedirgantaraan Mitchell, mengatakan kepada Business Insider bahwa ini adalah kesempatan bagi Rusia untuk menguji jet barunya dan sepakat dengan penilaian Bronk bahwa pesawat tersebut belum dapat sepenuhnya bertempur. Intinya tidak ada yang perlu ditakutkan dari keberadaan Su-57 di Suriah.