Sebenarnya bukan hal yang baru Amerika Serikat menggunakan operasi pasukan khusus untuk melakukan misi penting. Bahkan sejak Perang Dunia II, mereka telah bereksperimen dengan pasukan kecil tetapi berkemampuan tinggi untuk misi sangat penting dan sulit.
Hingga saat ini operasi khusus telah menjadi andalan Amerika Serikat. Banyak catatan yang menyebutkan sejumlah misi gemilang dengan menggunakan pasukan kecil yang bergerak cepat untuk menyelesaikan tugasnya. Salah satu yang terkenal tentu saja pembunuhan Osama bin Laden di Pakistan.
Tetapi tidak selamanya operasi pasukan khusus juga berjalan mulus. Bahkan yang terjadi sebaliknya. Dalam buku barunya Oppose Any Foe, Mark Moyar memaparkan bahwa operasi pasukan khusus merupakan misi risiko tinggi yang kerap membawa korban besar. Moyar tidak membantah bahwa pasukan khusus penuh dengan semangat heroik dan kepahlawanan, tetapi juga sejarah kelam.
Berikut adalah lima serangan paling mengerikan dalam sejarah pasukan operasi khusus Amerika Serikat:
1.Serangan Makin Atoll
Pada bulan Agustus 1942, Batalyon Raider Laut Kedua Amerika yang baru terbentuk meluncurkan serangan pertamanya, melawan Jepang di Makin Atol Pasifik Selatan. Kapal selam mengirimkan 222 Marinir ke pulau tersebut. Mereka dilepas dari jarak yang cukup jauh dari daratan. Misi mereka adalah menyerang dan menghancurkan instalasi Jepang.
Ranger dengan cepat kehilangan unsur kejutan, namun berhasil menjatuhkan beberapa korban Jepang. Komandan, Evans Carlson, memutuskan bahwa kekuatan Jepang yang tersisa terlalu kuat untuk mereka mencapai tujuan utama, termasuk penghancuran radio. Namun, usaha unit untuk meninggalkan pulau terhalang oleh laut lepas. Hanya kontingen kecil yang mampu berenang kembali ke kapal selam yang menunggu.
Ketika siang tiba, pasukan Amerika menemukan bahwa sebagian besar orang Jepang ternyata meninggal. Marinir menghancurkan fasilitas Jepang yang tersisa, dan sebuah kapal selam kembali untuk menjemput para korban selamat.
Sayangnya, setidaknya satu kapal tidak bisa bertahan. Secara keseluruhan, 30 Marinir yang melakukan operasi meninggal, dengan lebih banyak lagi yang terluka. Keberhasilan dalam penggerebekan tersebut membuat para komandan AS tetap merasa kecut untuk melakukan operasi lebih lanjut di Pasifik.
2. Hill 205, Korea Utara
Pada tanggal 25 November 1950, sebagai bagian dari serangan AS ke Korea Utara, Batalyon Kedelapan, sebuah unit yang didirikan pada bulan Agustus, ditugaskan untuk merebut dan mempertahankan Hill 205, di sepanjang Sungai Chongchon.
Tanpa sepengetahuan orang Amerika, pasukan reguler China telah menyusup ke Korea Utara dalam jumlah besar, dan bersiap untuk meluncurkan sebuah serangan balasan besar.
Penggunaan pasukan khusus sebagai ujung tombak serangan konvensional bukanlah hal baru. Unit serupa telah secara teratur melakukan pekerjaan semacam itu dalam Perang Dunia II. Tapi risiko dalam pendekatan semacam itu segera menjadi jelas, karena Ranger menyerang sebuah bukit dengan pertahanan yang lebih kuat dari yang diperkirakan.
Situasi semakin memburuk saat serangan balik terjadi. Infanteri dan artileri China membanjiri pertahanan Ranger pada malam 25 November, dalam enam serangan terpisah. Sebanyak 88 Ranger menyerang Hill 205 hanya 21 yang meninggalkan Hill 205 hidup-hidup.