Angkatan Udara Amerika Serikat mulai Maret 2018 nanti akan mulai memensiun drone MQ-1 Predator dan sepertinya US Navy tertarik untuk menggunakan drone bekas tersebut.
Mulai 9 Maret 2018, Angkatan Udara Amerika akan beralih untuk menerbangkan 93 drone MQ-9 Reaper yang lebih besar. Meski sejumlah Predator masih akan dipertahankan setidaknya hingga akhir 2018 ini.
Juru Bicara Angkatan Udara Amerika Annabel Monroe mengatakan kepada Jane’s International Defence Review Rabu 23 Februari 2018 Angkatan Laut sedang dalam pembicaraan untuk mendapatkan MQ-1 Predator bekas tersebut
Penggunaan drone semakin menarik banyak militer karena lebih murah dibandingkan pesawat seraangan konvensional. Selain itu tidak ada kru pesawat yang berada dalam risiko ditembak lawan.
Namun demikian penggunaan drone telah meninggkatkan kekerasan di berbagai tempat. Seorang mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika yang ditempatkan di Yaman pada tahun 2013 bahkan mengatakan bahwa untuk setiap satu orang yang terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak di Yaman, Amerika menghasilkan antara 40 dan 60 musuh baru.
Friends Committee on National Legislation melihat argumen biaya rendah untuk mendukung serangan pesawat tak berawak adalah hal yang salah.
“Dengan tidak adanya strategi menyeluruh, banyak yang keliru melihat pesawat tak berawak sebagai hal dengan biaya rendah baik dalam keuangan maupun korban manuia tetapi program pesawat tak berawak memungkinkan Amerika tetap berada dalam perang tak berujung, ” demikian laporan komite tersebut.
“Ini menggeser serangan ke operasi rahasia dengan sedikit atau tidak ada pengawasan kongres atau publik, dan beroperasi di luar norma hukum,” tambah laporan itu sebagaimana dikutip Sputnik Jumat 24 Februari 2018.
The Drive, melaporkan bahwa setidaknya ada 100 Predator yang dapat digunakan di gudang senjata Angkatan Udara. “Ada sejumlah kemungkinan ke mana mereka bisa pergi, termasuk museum Angkatan Udara,” kata seorang juru bicara USAF bulan lalu.