India dilaporkan telah menghentikan rencananya untuk membeli hampir 115 jet tempur mesin tunggal dan akan mengubah persyaratannya ayang memungkinkan desain mesin kembar bisa masuk dalam tender.
Keputusan tersebut akan menunda pembelian pesawat terbang setidaknya dua tahun lagi dan menjadi kabar buruk bagi Lockheed Martin dan Saab yang paling berpotensi bersaing ketat dalam pengadaan jet tempur tersebut. Lockheed menjadi favorit dengan emnaarkan F-16IN Viper sementara Saab juga memiliki jet tempur mesin tugngal Gripen E.
Pada 23 Februari 2018, The Times of India pertama kali mengungkapkan kabar tersebut, dengan mengutip sumber anonym.
“Rencana semula menempatkan pembatasan yang tidak perlu hanya pada jet tempur mesin tunggal, yang membatasi persaingan hanya pada dua jet [F-16IN dan Gripen-E],” seorang sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada The Times. “Tujuannya adalah untuk meningkatkan pesaing dan menghindari tuduhan yang tidak perlu di kemudian hari.”
India telah berjuang untuk mendapatkan jet tempur baru selama dua dekade terakhir dan pihak berwenang India ingin menghindari terulangnya pengadaan Multi-Role Combat Aircraft (MRCA) yang gagal.

Tender senilai US$ 20 miliar dan dimulai pada tahun 2007, telah terbuka untuk semua desain jet tempur, terlepas dari konfigurasi mesinnya. India memilih Dassault Rafale Prancis, namun dalam perjalannya kontrak pengadaan penuh masalah dan India akhirnya mundur sepenuhnya pada tahun 2015.
Setelah negosiasi berlarut-larut, India akhirnya hanya mengakuisisi 36 Rafale yang seluruhnya dibangun di Prancis dari semula rencana membeli 128 pesawat.
Angkatan Laut India juga sedang mencari jet baru untuk digunakan dari kapal induk baru mereka. F/A-18 Super Hornet, Rafale, MiG-29K adalah jet tempur yang berpotensi bersaing di pengadaan tersebut. Semua pesawat merupakan desain mesin kembar.
Pada tahun 2016, Angkatan Laut India menolak membeli jet temput Tejas versi kapal induk yang dibangun di dalam negeri. Mereka juga disebut-sebut tidak begitu suka dengan MiG-29K karena dinilai terlalu lemah untuk beroperasi dari kapal induk.
Ada kemungkinan India sekarang mengarah pada rencana untuk menggunakan jet tempur yang sama baik untuk Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Hal ini tentu saja akan mengurangi biaya logistik dan perawatan.
Jika benar demikian Boeing dan Dassault tampaknya yang akan paling siap untuk bisa memenuhi keinginan tersebut. Baik Rafale maupun Super Hornet merupakan jet tempur yang mampu digunakan baik oleh Angkatan Udara maupun Angkatan Laut.
Pada bulan Agustus 2017, Boeing juga mengumumkan bahwa telah menggunakan simulasi untuk menunjukkan Super Hornet dapat beroperasi dari kapal induk yang memiliki sistem lepas landas sky jump yang sekarang digunakan oleh kapal induk India.