Pada akhir 1960-an dan awal 70-an, badan-badan intelijen Amerika putus asa untuk bisa mencapai wilayah padang pasir kering Lop Nor, rumah bagi program nuklir dan rudal China. Untuk mencapai kompleks nuklir itu membutuhkan perjalanan yang berat untuk pesawat mata-mata AS.
CIA kemudian memulai sebuah program untuk membangun sebuah pesawat tak berawak yang bisa mencapai jauh ke dalam jantung wilayah China untuk membongkar rahasia nuklir pada kecepatan supersonik dan risiko manusia yang lebih kecil.
Mendapatkan data intelijen tentang kemampuan militer Uni Soviet dan China bukanlah tugas mudah di awal masa Perang Dingin. Keduanya masyarakat tertutup dengan pertahanan udara yang menimbulkan risiko serius bagi setiap pesawat menyeberang ke wilayah udara mereka.

Tapi tekanan untuk mengetahui tingkat kemampuan kedua negara itu terus mendesak. Pada akhir 1950-an, CIA telah mulai bekerja di salah satu sistem yang disebut A-12 Oxcart. Dengan mesin ramjet supersonik dan ketinggian maksimum 95.000 kaki, A-12 diharapkan akan tahan terhadap pertahanan udara musuh.
Tetapi sebagai pendamping program Oxcart, CIA juga menugaskan Lockheed Martin pada tahun 1962 untuk membuat drone supersonik dalam program yang disebut tagboard.