Warga Ghouta di Suriah timur mengatakan bahwa mereka “menunggu giliran mereka untuk mati” setelah roket dan bom pasukan pro-pemerintah dijatuhkan di daerah kantong pemberontak yang terkepung.
Menurut lembaga pemantau perang, lima orang tewas dan lebih dari 200 lainnya luka-luka dini dalam serangan terakhir yang dilakukan Rabu 21 Februari 2018 di daerah tersebut. Serangan di daerah tersebut menjadi salah satu pemboman paling besar dalam tujuh tahun perang yang telah menewaskan setidaknya 250 orang dalam 48 jam terakhir.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan pemboman melambat pada Selasa semalam, namun intensitasnya dilanjutkan pada Rabu pagi. Serangan mengikuti eskalasi besar-besaran dalam serangan yang dimulai pada hari Minggu. Daerah kantong itu adalah rumah bagi 400.000 orang.
Pasukan pro-pemerintah menembakkan roket dan menjatuhkan bom barel dari helikopter ke kota-kota dan desa-desa di daerah pedesaan di luar Damaskus, tempat pemberontak yang melawan Presiden Bashar al-Assad memiliki kota besar terakhir mereka di dekat ibu kota.
“Kita menunggu giliran untuk mati. Ini adalah satu-satunya yang bisa saya katakan,” kata Bilal Abu Salah, 22, yang istrinya hamil lima bulan dengan anak pertama mereka di kota terbesar di Ghouta Douma.
“Hampir semua orang yang tinggal di sini berada di tempat penampungan sekarang. Ada lima atau enam keluarga di satu rumah. Tidak ada makanan, tidak ada pasar,” katanya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengecam serangan terhadap Ghouta timur, di mana rumah sakit dan infrastruktur sipil lainnya dihantam bom, dan memperingatkan pemboman tersebut dapat merupakan kejahatan perang.
Pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia mengatakan bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil. Mereka juga menyangkal menggunakan bom barel yang tidak akurat yang dijatuhkan dari helikopter yang penggunaannya telah dikutuk oleh PBB.
Kondisi di Ghouta timur, yang dikepung sejak 2013, telah semakin mengkhawatirkan lembaga bantuan bahkan sebelum serangan terakhir, karena kekurangan pangan, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya menyebabkan penderitaan dan penyakit.
Media pemerintah melaporkan pemberontak melawan dengan menembakkan mortir ke distrik Damaskus dekat Ghouta timur, melukai dua orang pada hari Rabu. Sementara sehari sebelumnya serangan pemberontak menewaskan sedikitnya enam orang.
“Hari ini, daerah pemukiman, hotel Damaskus, serta Pusat Rekonsiliasi Suriah, mendapat pemboman besar-besaran oleh kelompok bersenjata ilegal dari Ghouta Timur,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, Selasa malam.
Ghouta Timur adalah salah satu zona de-eskalasi yang disepakati oleh Rusia, Iran dan Turki sebagai bagian dari upaya diplomatik mereka. Tapi kelolmpok yang berafiliasi al-Qaeda tidak termasuk dalam kesepakatan tersebut dan mereka memiliki sedikit kekuatan di daerah itu.