Rusia memperingatkan Amerika Serikat agar tidak “bermain-main dengan api” di Suriah setelah terjadi peningkatan besar dalam kekerasan di semua sisi konflik multi awal bulan ini.
“Amerika harus berhenti memainkan permainan yang sangat berbahaya yang dapat menyebabkan pecahnya negara Suriah,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada sebuah konferensi di Timur Tengah di Moskow Senin 19 Februari 2018 sebagaimana dilansir Bloomberg.
Amerika telah mengumumkan rencana untuk menjaga Suriah terbagi sampai pemilihan yang disetujui oleh PBB dapat dilakukan di Suriah. Mereka dengan jelas juga menunjukkan sikap akan merespons dengan kekuatan ketika pasukan Rusia, Iran, atau Suriah mengancam tujuan tersebut.
Pada 7 Februari, sekelompok pejuang pro-pemerintah, yang dilaporkan merupakan mayoritas kontraktor militer Rusia, meluncurkan apa yang oleh Amerika disebut sebagai “serangan yang tidak beralasan” di salah satu posisinya di Suriah timur.
Amerika menanggapi dengan serangan udara dan pemboman yang menewaskan antara 100 dan 300 pejuang. Sebagian besar dari mereka disebut merupakan tentara bayaran dari Rusia.
Lavrov juga berbicara mengenai front lain dalam konflik Suriah, mengatakan bahwa dia dan sekutunya di Iran dan Suriah melihat upaya mengeksploitasi aspirasi orang Kurdi. Pernyataan ini mengarah pada dukungan Amerika terhadap milisi Kurdi di Suriah utara, yang bercita-cita untuk mendirikan negara sendiri.
Turki memandang militan Kurdi sebagai bagian dari kelompok teror dan ada dukungan rakyat yang kuat di negara tersebut untuk operasi untuk menghapus Kurdi dari perbatasannya. Situasi semakin rumit karena pasukan Turki berpotensi terlibat bentrok dengan koalisi Amerika.
Terakhir pasukan pro pemerintahan yang awalnya bermusuhan dengan YPG Kurdi, kini masuk kota Afrin untuk bersama-sama melawan tentara Turki. Hal ini menjadikan medan perang akan semakin besar dan melibatkan kekuatan antarnegara.
Sementara itu pada pertengahan Februari, Israel melancarkan kampanye udara besar-besaran melawan sasaran Iran di Suriah setelah salah satu jet tempur F-16 mereka ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Suriah.
Di bagian lain Suriah dan Rusia sekarang juga dituduh oleh seorang tokoh oposisi telah meluncurkan “holocaust baru” di kantong pemberontak Suriah yang dikuasai pemberontak, di mana sekitar 98 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dilaporkan terbunuh pada hari Senin.
“Tidak ada kata-kata yang lebih adil [selain holocaust baru] bagi anak-anak yang terbunuh, ibu mereka, ayah mereka dan orang yang mereka cintai,” kata Direktur Regional UNICEF Geert Cappalaere.