Finlandia adalah negara kecil. Hanya berpenduduk kurang dari 6 juta orang dan jarang berbicara soal militer. Finlandia juga jarang terdengar dalam persaingan bisnis senjata. Tetapi ternyata negara ini mengalami peningkatan ekspor senjata yang cukup fantastis.
Dalam 15 tahun terakhir, ekspor senjata Finlandia yang selama ini dikenal cukup netral telah meroket dan mengalami perubahan pola. Timur Tengah menjadi wilayah penting bagi produsen senjata Finlandia.
Menurut menurut sebuah laporan terbaru dari think-tank independen Safer Globe antara tahun 2002 dan 2016, ekspor peralatan militer Finlandia naik dua kali lipat. Finlandia dalam beberapa tahun terakhir telah menjual peralatan militer senilai US$ 1,76 miliar atau hampir Rp24 triliun, ditambah dengan senjata senilai US$822 juta (sekitar Rp11 triliun) untuk keperluan sipil, seperti senjata berburu.
Ekspor senjata dan peralatan pertahanan merupakan bagian dari kebijakan luar negeri dan keamanan Finlandia. Antara tahun 2003 dan 2016, pemerintah dan Kementerian Pertahanan telah memberikan sekitar 3.000 lisensi ekspor untuk peralatan militer.
Sampai tahun 2003, Amerika Utara dan Eropa merupakan tujuan ekspor terpenting, namun dalam beberapa tahun terakhir Timur Tengah telah mulai menyalip pembeli tradisional ini dengan menyumbang 63 persen dari total ekspor senjata Finlandia.
Pada 2016 saja, Finlandia menjual kendaraan lapis baja ke Uni Emirat Arab dengan harga lebih dari US$ 70 juta (sekitar Rp950 miliar) menyusul kesepakatan senjata yang banyak di tahun 2007. Secara keseluruhan, kendaraan lapis baja mengisi 38,2 persen dari total ekspor.
Di Timur Tengah, Finlandia mengekspor sebagian besar peralatan militer ke Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Turki.
Organisasi perdamaian Serikat Perdamaian Finlandia dan Komite 100 terkejut mengetahui bahwa ekspor senjata dari Finlandia terus meningkat.
“Mengekspor senjata ke Timur Tengah berkontribusi terhadap ketidakstabilan di daerah tersebut dan tidak meningkatkan keamanan. Peningkatan ekspor senjata bukanlah solusi yang tepat bagi sebuah negara yang ingin menjadikan dirinya sebagai penjaga perdamaian,” kata organisasi tersebut dikutip oleh harian Finlandia Hufvudstadsbladet Rabu 25 Oktober 2017.
The on-road speed of the Patria AMV is 100 kph. Cross-country speed depends on crew resistance to high speed manoeuvre-induced vomiting. pic.twitter.com/bAsQgj3p62
— Nicholas Drummond (@nicholadrummond) September 27, 2017
Sejumlah pihak di Finlandia juga mengungkapkan keprihatinannya tentang usaha produsen senjata lokal Patria untuk menjadi perantara kesepakatan € 100 juta dengan Qatar, yang melibatkan kendaraan lapis baja dan peluncur granat dan mungkin menjadi, jika berhasil akan menjadi kesepakatan senjata terbesar Finlandia.
Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), dari 2012-2016 ekspor peralatan pertahanan ke Timur Tengah telah meningkat sebesar 86 persen.
Menteri Pertahanan Finlandia Jussi Niinistö mencatat peningkatan jumlah ekspor di Finlandia salah satunya karena pemerintah sebagai promotor perdagangan senjata. Niinistö menyatakan bahwa kesepakatan senjata dengan Arab Saudi dan UEA telah selesai.
“Tawaran senjata butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri dan kami telah bekerja keras untuk masuk ke pasar di Timur Tengah,” kata Jussi Niinistö, seperti dikutip Yle.
Meski meningkat, negara Nordik ini masih berada di peringkat ke-13 daftar negara-negara pengeskspor senjata di dunia. Tetapi ini tetap sangat mengejutkan mengingat Finlandia adalah negara kecil yang hanya berpenduduk 5,5 juta orang saja.
Rakyat Finlandia nikmati politik yang kuat dan stabil. Negara ini juga menjadi satu dari 10 negara paling damai di dunia dengan tingkat kriminal yang rendah. Pemerintah Finlandia telah lama menjalankan politik non aliansi sejak berakhirnya Perang Dingin dan netral menyangkut perang Irak. Namun Finlandia yang bukan anggota NATO ikut kirim tentara untuk menjaga perdamaian di Afghanistan.