
Eurofighter Typhoon
Pada 1980-an, Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan Spanyol bekerja sama untuk memulai pengembangan Future European Fighter Aircraft, atau FEFA. Penerbangan pertama dari pesawat yang kemudian dikenal sebagai Eurofighter Typhoon dilakukan pada 1994, dan Jerman menerima Eurofighter pertama pada tahun 2003. Pemotongan anggaran berarti bahwa Luftwaffe mungkin akan menerima tempur terakhirnya lebih cepat dari siapa pun berpikir. Sementara Prancis keluar dari program ini dan membangun Dassault Rafale.
Eurofighter adalah salah satu pesawat tempur non generasi siluman terbaik di dunia. Kombinasi manuver yang baik, radar AESA, mesin yang kuat serta sinsor pencarian dan pelacakan infra merah menjadikan pesawat ini masuk dalam jajaran terbaik di antara pesawat segenerasinya.
Sementara rudal AMRAAM dan Sidewinder membuat Eurofighter menjadi lawan tangguh bagi siapapun di udara. Eurofighter juga sangat mematikan dalam menggempur target darat dengan berbagai rudal darat, bom dipandu laser dan rudal jelajah Taurus. Pesawat ini juga dalam jalur untuk bisa melesatkan Brimstone, rudal darat paling mematikan yang selama ini baru dikuasai oleh Tornado.
Jerman awalnya membeli 180 Eurofighter, kemudian pembelian dibatalkan pada tahun 2014 ketika mereka telah memiliki 143 pesawat. Hingga Oktober 2014, hanya 42 dari 109 Eurofighters berada dalam kondisi terbang, sisanya digrounded karena kurangnya suku cadang terbang. Pada saat yang sama, Jerman dilaporkan mengurangi hingga separuh jam terbang pesawat untuk menjaga kondisi pesawat.

Jet Tempur Tornado
Pesawat ini jgua dikembangkan oleh konsorsium Eropa. Tornado dikembangkan oleh Inggris, Italia dan Jerman. Dirancang untuk menembus pertahanan musuh dengan terbang cepat dan rendah. Tornado menjadi salah satu pesawat sayap ayun tertangguh di dunia. Namun sejak perang dingin berakhir kondisi pesawat juga kembang kempis akibat minimnya dana.
Luftwaffe mengakuisi pesawat versi IDS (Interdiction/Deep Strike) dan ECR (Electronic Combat and Reconnaissance). Selama Perang Dingin, jet serangan Tornado Jerman ditugaskan untuk misi pemboman target Pakta Warsawa, khususnya lapangan udara. Pada tahun-tahun sejak reunifikasi Jerman, Tornado Luftwaffe melakukan misi pengintaian udara atas Kosovo dan Afghanistan.
Angkatan Laut dan Angkatan Udara Jerman menerima total 357 pesawat Tornado. Jumlah mereka berkurang setelah Perang Dingin, Jerman berencana untuk menjaga sisa dalam pelayanan sampai 2025 atau lebih. Seperti sistem senjata Jerman lainnya Tornado kekurangan dana dan Agustus 2014, hanya 38 dari 89 yang operasional.