
Mari berandai-andai jika China dan Rusia terlibat konflik dan kedua pesawat ini bertarung di udara. Apa yang akan terjadi?
Yang pertama akan tergantung pada jenis konflik. Seperti yang ditulis sebelumnya SU-57 secara jelas didedikaskan sebagai pesawat yang membangun superioritas udara. Artinya dia akan menjadi sangat menakutkan untuk pertempuran udara di udara.
Hal ini terlihat bagaimana Sukhoi sangat menekankan kemampuan manuver pada pesawat ini. Sementara J-20, sekali lagi sampai sekarang belum jelas terlihat sebenarnya pesawat ini untuk misi utama apa. Meski secara struktur pesawat, J-20 akan lebih ditekankan pada pesawat tempur dengan kemampuan menyerang target darat secara cepat dan tersembunyi serta dari jarak jauh.
Jika ada perang di Timur Jauh Rusia, di mana konflik dengan China mungkin terjadi, rentang akan menjadi faktor penting. Meskipun tidak ada informasi spesifik yang tersedia tentang kinerja baik J-20 atau PAK-FA, melihat ukurannya pesawat China kemungkinan akan memiliki kaki lebih panjang dibandingkan pesawat Rusia.
Mungkin pesawat ini juga juga memiliki kemampuan membawa senjata lebih besasr. Secara keseluruhan, J-20 bisa menjadi mesin yang lebih bermanfaat jika digunakan sebagai pesawat serangan darat atau laut.
Sulit untuk mengatakan apa yang akan terjadi jika dua pesawat bertemu head to head dalam sebuah pertempuran udara. Karena sejauh ini bahkan belum pernah terjadi ada dua siluman bertemu di langit.
Sampai saat ini, F-22 Raptor adalah satu-satunya pesawat tempur siluman yang resmi beroperasional di planet ini. Pesawat sebelumnya seperti F-117 dan B-2 yang jelas dioptimalkan untuk serangan udara ke darat.
Jika J-20 dan Su-57 terbukti benar-benar siluman keterlibatan udara mungkin berpindah ke pertempuran rentang visual. Itu dengan asumsi dua kekuatan yang berlawanan bisa menemukan satu sama lain.
Orang mungkin membayangkan bahwa radar frekuensi rendah akan mampu mengarahkan kelompok jet ke sekitarnya secara tepat. Jet Rusia dan China mungkin dapat menemukan satu sama lain lebih tepat dengan menggunakan sistem pencarian dan pelacakan infra merah mereka.

Namun , data akurat tentang rentang sensor inframerah ini juga belum jelas. Apakah milik Rusia yang lebih baik atau sebaliknya. Siapa yang lebih dahulu mendeteksi maka dia yang berpotensi untuk membunuh.
Jika kemudian dua siluman ini dipaksa bertemu dalam pertarungan jarak pendek J-20, yang didukung oleh mesin yang aslinya miliki Sukhoi Su-27 jelas jauh di bawah kemampuan Su-57. Dibandingkan dengan Su-57, J-20 akan kekurangan energi dan tidak akan memiliki tambahan energi untuk mengikutinya.
Selain itu, Su-57 memiliki tiga dimensional thrust vectoring untuk beredar dengan kecepatan sangat rendah. Itu berarti pesawat Rusia mungkin memiliki keunggulan di pertarungan ini dengan memiliki sudut serang yang lebih tinggi. Tetapi jika kedua belah pihak memiliki high off-boresight missiles and helmet-mounted cueing systems, dengan mengharap keberuntungan, J-20 mungkin bisa mengalahkan Su-57.