Pakistan mengirim pasukan militernya ke Arab Saudi, dalam sebuah misi pelatihan dan pemberian saran. Ini adalah langkah pertama setelah tiga tahun memutuskan tidak mengirim tentara untuk bergabung dalam intervensi militer pimpinan Saudi di Yaman.
Peran pasti yang akan dimainkan pasukan tersebut tidak jelas, namun sebuah pernyataan dari sayap pers tentara Kamis 15 Februari 2018 menekankan bahwa mereka “tak akan dipekerjakan di luar” negara kerajaan tersebut. Dengan kata lain tidak akan terlibat langsung dalam pertempuran di Yaman.
Kepala militer purnawirawan Pakistan, Jenderal Raheel Sharif, memerintahkan aliansi militer Islam pimpinan Saudi yang baru untuk memerangi terorisme, meskipun tidak dijelaskan apakah pasukan baru tersebut akan berpartisipasi dalam koalisi tersebut.
Arab Saudi telah meminta sekutu mayoritas warga Sunni untuk menyediakan kapal, pesawat terbang dan pasukan untuk kampanye Yaman demi menghentikan pengaruh Iran Syiah, dalam apa yang tampaknya merupakan perang proksi antara dua kekuatan dominan Teluk tersebut.
Parlemen Pakistan memilih untuk tetap netral demi menghindari ditarik ke dalam perebutan kekuasaan regional sektarian, sebagian karena negara tersebut berbagi perbatasan dengan Iran dan memiliki minoritas Syi’ah yang cukup besar.
Pengamat militer Pakistan, Brigadir (Purn) Shaukat Qadir, mengatakan bahwa pembicaraan yang melibatkan pengiriman pasukan ke Arab Saudi telah berlangsung selama beberapa waktu. “Sekarang, rupanya, untuk alasan apapun, keputusannya sudah diambil,” katanya.
Telah ada sekitar 750-800 tentara Pakistan di Arab Saudi, sebagian untuk menjaga lokasi suci Islam, namun mereka bukan tentara tempur.