Militer Jerman yang pernah menjadi kekuatan menakutkan di dunia kini benar-benar sengsara. Parlemen Jerman secara resmi mengumumkan bahwa tidak ada satupun kapal selam Angkatan Laut Jerman yang dalam kondisi operasional.
“Ini adalah bencana nyata bagi angkatan laut, ini adalah pertama kalinya dalam sejarah bahwa tidak akan ada kapal selam yang beroperasi selama berbulan-bulan,” kata Hans-Peter Bartels, Ketua Komite Angkatan Bersenjata di Bundestag, dalam wawancara dengan koran Berlin Bild am Sonntag
Angkatan laut Jerman saat ini memiliki enam kapal selam, namun kecelakaan dan keausan membuat semua itu tidak dapat digunakan.
Bartels menambahkan bahwa pelakunya utama di balik krisis tersebut adalah kegagalan militer Jerman untuk mempertahankan kapal selam dan mengganti peralatan usang.
Kapal selam terakhir harus masuk ke galangan kapal pada bulan Oktober, ketika rudalnya rusak oleh batu bawah laut.
Kondisi buruk juga dialami di armada permukaan. Jerman tengah mengembangkan empat frigat kelas F125 Baden-Württemberg baru untuk menggantikan F122 Bremens, namun proyek tersebut telah terganggu dengan masalah.
Yang pertama dari kapal itu dimaksudkan untuk dikirim pada tahun 2016, namun harus dikembalikan ke kontraktor ThyssenKrupp Marine Systems secara drastis kelebihan berat badan.
Sementara dua kapal yang aktif dari Type 702 Berlin juga dikirim ke dok kering selama 18 bulan untuk perbaikan. “Ada terlalu banyak tanggung jawab administratif, kurangnya staf dan kadang-kadang [perusahaan perbaikan kapal] suka berpegang teguh selama mungkin,” kata Bartels.
“Angkatan laut akan segera kehabisan kapal operasional.”
Bukan hanya angkatan laut Jerman yang juga menghadapi masalah seperti itu. Sebuah laporan tahun 2014 mengenai status Luftwaffe mengklaim bahwa sekitar separuh dari jet tempur Eurofighter Typhoon dan Panavia Tornado mereka tidak lagi layak terbang, 15 dari 22 helikopter WG-13 Sea Lynx mereka memiliki retak pada ekor hingga harus digrounded dan armada angkutan Transall C-160 perlu dipensiun karena sudah terlalun tua.
Sementara di Angkatan Darat 149 tank Leopard 2 milik tentara Jerman rusak dan membutuhkan perbaikan.
Dari tahun 2003 sampai 2005, militer Jerman mengalami pemotongan anggaran secara besar-besaran, yang menghentikan 161 dari 426 pesawat tempur mereka.
Kesengsaraan teknologi dan militer Jerman telah mencegah mereka untuk memenuhi komitmen mereka terhadap NATO di masa lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, Luftwaffe harus mengurangi misi yang direncanakan untuk mendukung milisi Kurdi memerangi ISIS dan memberikan pasokan medis ke Afrika Barat selama wabah ebola.