Serangan udara Amerika sebagai tanggapan atas apa yang mereka sebut sebagai “serangan yang tidak beralasan” menewaskan sekitar 100 orang di Suriah awal bulan ini menurut Pentagon, namun sebuah laporan baru dari Bloomberg mengatakan bahwa jumlahnya kemungkinan jauh lebih besar dan kebanyakan adalah tentara bayaran Rusia.
Bloomberg melaporkan lebih dari 200 tentara bayaran yang kebanyakan orang Rusia dan berada di pihak Bashar al-Assad, tewas dalam serangan gagal ke sebuah pangkalan yang dimiliki oleh Amerika dan milisi yang didukung di wilayah kaya minyak Deir Ezzor.
Pejabat Amerika Serikat, sebagaimana dikutip Bloomberg Selasa 13 Februari 2018 memperkirakan korban tewas dalam pertempuran di sekitar 100, dengan 200 sampai 300 terluka, namun tidak dapat mengatakan berapa banyak orang Rusia.
Jika benar, pertempuran bisa menandai pertemuan paling mematikan antara kedua saingan Perang Dingin dalam beberapa dasawarsa.
Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov, menolak untuk mengomentari laporan tentang korban Rusia, dengan mengatakan bahwa Kremlin hanya melacak data angkatan bersenjata mereka.
Dia mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui telepon pada Senin, namun tindakan militer di Suriah tidak dibahas.
“Ini adalah skandal besar dan alasan untuk krisis internasional yang akut,” kata Vladimir Frolov, mantan diplomat Rusia dan anggota parlemen yang sekarang menjadi analis politik independen. “Tetapi Rusia akan berpura-pura hal itu tidak ada yang terjadi.”
Media Rusia mengatakan kontraktor swasta Rusia dan pasukan pro-pemerintah maju ke ladang minyak di provinsi Deir el-Zour timur dan menjadi sasaran Amerika Serikat.
“Pasukan pro-rezim memulai apa yang tampaknya merupakan serangan terkoordinasi terhadap Syrian Democratic Forces (SDF) di sebelah timur Sungai Efrat,” juru bicara Pentagon Dana White mengatakan dalam sebuah pernyataan. SDF merupakan milisi yang telah dilatih, diperlengkapi, dan didukung Amerika selama bertahun-tahun.
Sungai tersebut telah bertindak sebagai perbatasan antara koalisi dan pasukan Rusia serta Suriah, dan Pentagon juga menggambarkan lokasi SDF dalam serangan tersebut bukanlah sebuah kesalahan.
Pasukan rezim Suriah melancarkan serangan terkoordinasi yang melibatkan sekitar 500 pasukan rezim yang dilawan SDF dengan menggunakna howitzer 122 mm, tank dan beberapa sistem peluncuran roket di markas SDF yang terletak kira-kira lima mil di sebelah timur Sungai Efrat.
Pasukan pemerintah Suriah juga mengoperasikan tank T-55 dan T-72 buatan Rusia dalam jarak 500 kaki dari basis SDF, di mana beberapa tentara Amerika beraada.
Fox News melaporkan koalisi pimpinan Amerika kemudian menanggapi dengan mengirimkan pesawat tempur AC-130, F-15, F-22.
Pentagon mengatakan bahwa serangan tersebut hanya melukai satu tentara SDF. Beberapa hari kemudian, sebuah jet Amerika menghancurkan sebuah tank tempur T-72 buatan Rusia yang menembaki pasukan Amerika dan SDF.