Site icon

Kawasan Asia Jadi Tumpukan Kapal Selam

Kapal Selam Australia HMAS Dechaineux, HMAS Waller dan HMAS Sheean

Perairan Asia disebut wilayah dengan pertumbuhan selam paling cepat di dunia. Wilayah ini dalam beberapa tahun ke depan akan dipenuhi dengan kapal selam yang mengendap-endap di seluruh sudut perairan.

Jumlah kapal selam di wilayah tersebut diperkirakan akan meningkat dari 200 kapal selam saat ini menjadi 250  dalam waktu delapan tahun ke depan. Hal ini bisa meningkatnya risiko  kesalahan perhitungan di laut.

Kapal yang tenang dengan senjata  jarak jauh menimbulkan tantangan bagi perencana yang ingin menjaga agar jalur laut Asia tetap terbuka, kata kontraktor dan analis pertahanan yang berkumpul di pameran pertahanan maritim di Singapura.

“Wilayah ini mengembangkan kemampuan kapal selam lebih cepat daripada di tempat lain di planet ini,” kata Brett Reed, yang bertanggung jawab atas penjualan pertahanan Asia Tenggara di Austal, pembuat kapal Australia beberapa waktu silam. “Angkatan laut [Asia] ingin bisa mencari, mendeteksi dan mengadili kapal selam.”

Hal ini juga diakui produsen kapal selam Swedia Saab yang membidik pasar wilayah ini dengan kapal selam generasi berikutnya A26. Maraknya ketegangan politik di Asia diyakini akan merangsang selera beberapa negara untuk perangkat keras militer dan mungkin memicu perlombaan senjata di wilayah tersebut. Saab Swedia berharap dapat menarik negara-negara Asia untuk membangun pertahanan mereka dengan A26, kapal selam generasi berikutnya yang saat ini diproduksi di Karlskrona.

Eksekutif Saab merujuk sebagian besar tes rudal Korea Utara. Namun, banyak negara Asia, terutama China dan India telah menyatakan keinginan mereka untuk membangun Angkatan Bersenjata mereka di darat dan di laut.

Sejumlah negara di wilayah ini memang terus berlomba-lomba membeli kapal selam. Thailand telah memutuskan untuk membeli tiga kapal selam dari China. Singapura memastikan untuk menambah dua pesanan baru kapal selam dari Jerman menjadikan total kapal yang dibeli menjadi empat unit.

Negara-negara lain juga terus berpacu. Vietnam membeli enam kapal selam Kelas Kilo Rusia yang seluruhnya telah diterima.

China terus menambah armadanya. Australia, India, Pakistan, Korea Selatan dan Indonesia pun tidak mau ketinggalan dengan membangun berencana untuk memperluas dan memodernisasi armada kapal selam mereka.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan wilayah laut paling luas. Tetapi sayangnya, kekuatan kapal selam negeri ini justru kedodoran dibandingkan negara lain. Saat ini Indonesia hanya diperkuat dua kapal selam  tua  buatan Jerman yakni KRI Nenggala (402) dan KRI Cakra (401). Dua kapal ini dibangun oleh Kiel Jerman pada 1981 atau sudah 36 tahun dalam layanan. Indonesia juga telah menerima kapal selam kealas Chang Bogo pertama dari Korea Selatan yang dikenal sebagai KRI Nagapasa. Dua kapal selam kelas ini juga masih ditunggu.

Untuk mencapai Minimum Essential Force (MEF) Angkatan Laut Indonesia setidaknya harus diperkuat 10-12 kapal selam. Sehingga kalaupun seluruh Chang Bogo tiba, Indonesia masih jauh kekurangan.

Rencana Indonesia untuk menambah kapal selam lagi sejauh ini masih sebatas pembicaraan dan belum mencapai titik yang pasti.

Lantas bagaimana dibandingkan dengan kekuatan kapal selam di Asia? Indonesia masih jauh tertinggal. Untuk melihatnya, grafis ini bisa memberi gambaran:

Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia ada di bawah Vietnam yang memiliki enam kapal selam dan SIngapura yang memiliki enam kapal selam dalam layanan dan dua lagi dalam pesanan.

Indonesia memang berada di atas Malaysia, namun saat ini sebenarnya kedua negara memiliki jumlah kapal selam aktif yang sama yakni dua unit. Yang membuat Indonesia lebih tinggi urutannya karena sedang menunggu kedatangan tiga armada kapal selam baru.

China hampir tak tersaingi dalam jumlah kapal selam disusul Korea Selatan, Jepang, India, Australia, Pakistan dan Vietnam. Data ini tidak memasukkan Korea Utara dalam daftar.

Exit mobile version