Suriah yang sudah dilanda perang saudara selama enam tahun terakhir semakin membara. Ekskalasi di negara tersebut meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Berbagai negara dengan tujuan masing-masing menggempur berbagai titik di negara tersebut.
Situasi semakin parah setelah sebuah F-16 Israel ditembak oleh sistem pertahanan udara Damaskus. Israel mengatakan serangan dilakukan setelah mereka menembak jatuh drone milik Iran yang masuk ke wilayah udara mereka.
Setelah F-16 mereka jatuh, Israel menggelar serangan udara skala tinggi. Sedikitnya 12 target dengan empat di antaranya milik Iran dihancurkan. Peristiwa yang terjadi Sabtu 10 Februari 2018 tersebut menjadi ketegangan paling tinggi yang melibatkan Suriah, Iran dan Israel.
Sebelum itu, ekskalasi di Suriah juga meningkat setelah Turki menggelar operasi militer untuk memburu kekuatan YPG yang didukung Amerika di perbatasan mereka dengan Suriah. Afrin menjadi daerah sasaran utama operasi dengan tidak menutup kemungkinan serangan meluas ke Manbij di mana Amerika memiliki pasukan di wilayah itu. Terakhir sebuah helikopter serang Turki ditembak jatuh pada Sabtu mengakibatkan dua krunya tewas.
Amerika juga ikut meningkatkan suhu dengan melakukan serangan ke pasukan milisi yang didukung Suriah. Sebanyak 100 orang anggota milisi dikabarkan tewas karena serangan udara koalisi.
Sebelum itu di Idlib, Rusia juga melakukan serangan besar-besaran setelah sebuah pesawat Su-25 mereka ditembak jatuh pemberontak dan menewaskan pilotnya. Serangan balas dendam menghancurkan berbagai target di kota tersebut.
Kementerian Luar Negeri Rusia meminta masyarakat internasional untuk menghormati kedaulatan Suriah dan negara-negara Timur Tengah menyusul serangan udara Israel ke Suriah.
“Moskow sangat prihatin dengan perkembangan dan serangan terakhir terhadap Suriah. Bahaya meningkatnya ketegangan di dalam dan di sekitar zona de-eskalasi, yang telah menjadi faktor penting dalam mengurangi kekerasan di Suriah, menjadi perhatian khusus,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya Sabtu.
Pernyataan tersebut mencatat bahwa pasukan pemerintah Suriah mematuhi peraturan yang ada untuk menyediakan fungsi konsisten zona de-eskalasi di wilayah barat daya negara tersebut.
“Kami mendesak semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dan menghindari langkah-langkah yang dapat menyebabkan kebuntuan situasi. Kami menganggap perlu untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Suriah dan negara-negara lain di kawasan ini.”
Kementerian juga mencatat bahwa penciptaan ancaman di Suriah, di mana kontingen militer Rusia hadir, tidak dapat diterima.