Pertempuran Damaskus
Pertempuran dan pengepungan Damaskus pada tahun 1400 oleh panglima perang Asia Tengah, bernama yang Timur dengan cepat memperoleh ketenaran di seluruh dunia. Timur mengaku sebagai ahli waris dari Genghis Khan.
Kekejamannya jauh lebih buruk, dan sebagian besar kampanyenya menentang kekuasaan Muslim. Salah satu kebiasaan adalah membangun menara dari kepala manusia di kota-kota yang dia menaklukkan.
Mesir adalah kekuatan dominan di Suriah ketika Timur menyerbu. Mamluk yang menjadi penguasa Mesir terbukti tidak efektif.
Timur pertama menyerang Aleppo, di mana ia membangun sebuah menara dari 20.000 tengkorak. Dia kemudian mengalahkan tentara Mamluk Sultan Nasir-ad-Din Faraj dekat Damaskus.
Selama pengepungan berikutnya, sejarawan yang terkenal Arab Ibnu Khaldun mewawancarai Timur beberapa kali. Terutama yang menarik adalah beberapa pernyataan Ibn Khaldun tentang mengapa Timur sangat sukses yakni solidaritas kelompok.
Dia mengatakan kepada Timur: “Kau tahu bagaimana kekuatan Arab didirikan ketika mereka menjadi bersatu dalam agama mereka dalam mengikuti Nabi mereka. Adapun Turki [pengikut Timur] dalam solidaritas kelompok mereka, tidak ada raja di bumi yang dapat dibandingkan dengan mereka, tidak Chosroes atau Caesar atau Alexander atau Nebukadnezar.” Banyak terkesan, Timur bertukar hadiah dengan Ibn Khaldun.
Namun, meskipun janji untuk menyelamatkan Damaskus, ia segera menjarah, menghancurkan dan menghancurkan kota itu ketika jatuh. Masjid Umayyah yang terkenal dibakar, dan sebuah menara kepala dibangun yang sekarang tempat ini dikenal sebagai Burj al-Ru’us, atau Tower of Heads.
Invasi Timur menyebabkan Suriah jatuh dalam perpecahan, baik secara internal maupun dengan Mesir. Kondisi ini dimanfaatkan Ottoman mengambil keuntungan abad kemudian. Aleppo mulai tertinggal dari Damaskus dan setelah invasi Timur, secara bertahap menjadi kota utama di kawasan itu sampai zaman modern ini.