Lockheed Martin mengakui ada rencana pembelian 48 jet tempur F-16 dari Indonesia. Hal ini tentu saja akan menjadi peluang besar bagi pesawat tempur bermesin tunggal tersebut untuk terus bertahan hidup.
Orlando Carvalho, Wakiil Presiden Direktur Aeronautika di Lockheed Martin di Singapore Airshow 2018 mengatakan secara keseluruhan, masih ada potensi penjualan untuk lebih dari 400 F-16 baru di tahun-tahun mendatang mengingat kompetisi jet tempur di India, Indonesia, Slowakia, dan Kolombia. Polandia, yang sudah mengoperasikan F-16, juga bisa mendapatkan pesawat tambahan.
Meski kesepakatan Indonesia yang akan membeli 48 pesawat adalah peluang besar, yang paling menggiurkan adalah India yang akan mencari ratusan pesawat satu mesin untuk menggantikan MiG-21 dan MiG-27.
Sebelumnya memang sempat muncul laporan Indonesia sedang dalam pembicaraan dengan produsen Barat tentang kemungkinan pembelian pesawat tempur dan mempertimbangkan Eurofighter Typhoon dan Lockheed Martin F-16V.
Saat kunjungan Menteri Pertahanan Amerika ke Indonesia Januari 2018 lalu seorang pejabat Amerika mengatakan Indonesia meminta penetapan harga untuk 48 pesawat F-16 tambahan. Sebuah kesepakatan yang bisa bernilai US$ 4,5 miliar. Tapi Indonesia menolak pembelian yang akan segera terjadi dan menyarankan agar masih mengevaluasi berapa banyak pesawat yang dibutuhkannya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa Indonesia akan membeli persenjataan saat memiliki uang. “Kami baru saja membeli F16. Di masa depan pasti ada (lebih banyak pembelian) karena, seiring berjalannya waktu, ada hal yang harus diganti, “katanya.
Indonesia telah menerima pengiriman 24 F-16C / D yang telah diperbaharui yang dipesan pada tahun 2012. Tetapi hanya tinggal 23 karena satu pesawat terbakar pada 2015 lalu.
Angkatan udara di Indonesia berencana memiliki 180 jet tempur pada tahun 2024 di bawah sebuah rencana yang diperkenalkan pada tahun 2007 yang disebut Minimum Essential Force, namun sedikit kemajuan telah dicapai terhadap target tersebut. Sekarang sudah 48 dan berencana memesan 11 lagi Sukhoi Su-35.
Lockheed Martin juga yakin mampu mempertahankan garis produksi F-16 di Amerika Serikat sambil menunggu keputusan India untuk mencari pesawat tempur bermesin tunggal, yang dapat memperpanjang produksi selama bertahun-tahun.
Orlando Carvalho, wakil presiden eksekutif aeronautika di Lockheed Martin, mencatat bahwa sebelum perjanjian dengan Bahrain untuk 16 F-16V pada akhir 2017, perusahaan tersebut belum menerima pemesanan jet tempur ini sejak Juni 2012, ketika Irak menambah lagi pesanan 18 F-16 Block 52 C / D yang menjadikan total pembelian menjadi 36 pesawat.
“Kami menjaga rantai pasokan cukup hangat untuk memungkinkan dimulainya kembali produksi untuk Bahrain,” kata Carvalho sebagaimana dilaporkan Flightglobal 8 Februari 2018.
“Sekarang Bahrain telah berkomitmen, kami sepenuhnya bergerak maju lagi, memberi energi pada basis pasokan untuk menyediakan semua komponen. Pesawat Bahrain pertama akan dikirim pada 2021. ”
Dia berpendapat bahwa garis produksi cukup layak meski hanya dengan tingkat produksi hanya satu F-16 per bulan. Hal itu tidak akan meningkatkan biaya yang signifikan.
F-16 Bahrain akan dibangun di fasilitas produksi baru di Greenville, South Carolina. Fasilitas ini juga akan membangun jet latih lanjutan Lockheed / Korea Aerospace Industries T-50A seandainya memenangkan kompetisi T-X Angkatan Udara Amerika untuk menggantikan yang terhormat Northrop T-38.
Perpindahan ke Greenville mengikuti penutupan garis produksi di Fort Worth, Texas yang telah berlangsung 40 tahun dan berakhir pada 2017.
“Penawaran mendasar kami kepada Angkatan Udara India adalah Blok 70, F-16 paling canggih yang pernah kami tawarkan,” katanya.
“Pesawat memiliki radar AESA [active electronic scanned array], serta upgrade struktural hingga 12.000 jam.”