Gedung Putih di bawah Donald Trump meyakini jet tempur siluman Su-57 milik Rusia akan menjadi pesawat dengan kemampuan serangan nuklir. Hal yang sama juga pasti dimiliki oleh pembom siluman Tupolev PAK-DA meski masih dalam tahap pengembangan.
Pemerintah Amerika memasukkan nama dua platform tersebut sebagai pesawat serangan nuklir dalam Nuclear Posture Review terbaru yang dikeluarkan minggu lalu. Sebuah panduan yang akan menjadi dasar Amerika melahirkan kebijakan nuklir mereka.
Laporan tersebut mengambil sikap keras terhadap Rusia, dengan mengatakan bahwa hal itu “akan menimbulkan kesulitan yang tidak dapat diatasi terhadap strategi agresi Rusia terhadap Amerika Serikat, sekutunya, atau mitranya dan memastikan prospek biaya mengerikan yang tidak dapat diterima terhadap pimpinan Rusia jika ingin pilihlah agresi. ”
Su-57 pertama kali terbang di tahun 2010, namun belum diproduksi secara massal. Moskow mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka akan membeli sekitar 12 Su-57 tahun ini, dan menerima dua dari mereka pada tahun 2019.

“Kami membawa Su-57 untuk uji operasi tempur, dan uji negara untuk tahap pertama telah berakhir,” kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yury Borisov kepada wartawan pada Rabu 8 Februari 2018.
Batch pertama dari 12 hanya akan dilengkapi dengan mesin Saturnus AL-41F1. Mesin yang juga digunakan pada Su-35. Mesin baru yakni Izdelie-30 baru saja mulai melakukan pengujian.
Pembom jarak jauh Rusia upgrade terbaru Tu-160M2, juga terbang pertama bulan lalu, namun pembom siluman PAK-DA belum dibangun. Dengan demikian, pesawat serangan nuklir utama Rusia saat ini adalah Su-34 Fullback.
Dengan asumsi Moskow membangun PAK-DA, pembom tersebut tidak akan memasuki layanan Rusia paling cepat 2030-an.
PAK-DA mungkin akan bisa menjatuhkan bom gravitasi nuklir. Pesawat ini kemungkinan akan digunakan secara umum sebagai pembawa rudal yang strategis – mirip dengan upgrade Tu-160M2.